Kamis, 19 Mei 2016

REVIEW X-MEN : APOCALYPSE

REVIEW X-MEN : APOCALYPSE
 
X-Men Apocalypse
Akhirnya, film ke 6 di X-Men universe (diluar Wolverine dan Deadpool) dirilis tanggal 18 mei 2016. Film yang seperti halnya Batman v Superman mendapat kritikan yang kurang baik dan rating cukup rendah dari Rotten Tomatoes ini gak menghalangi saya untuk tetap menonton film besutan dari Sutradara Bryan Singer ( X-Men dan Superman Returns).

Dibuka dengan adegan di Mesir 3600 SM,  En Sabah Nur sang mutant pertama di dunia yang selalu di temani dengan 4 mutant lain yang disebutnya The Four Horsemen. En Sabah Nur yang juga disebut sebagai Apocalypse menguasai dunia dan dianggap Dewa oleh para pengikutnya, tetapi untuk memperpanjang hidupnya dia harus memindahkan Alam Sadarnya ke Mutant lain dan setelah proses pemindahan selesai kekuatan Mutant itu pun akan menjadi miliknya.

Bayangkan betapa hebatnya kekuatan yang dimiliki En Sabah Nur, kalau dia sudah beribu-ribu tahun mentransfer dirinya ke Mutant lain, dan hal ini juga menjelaskan kenapa tokoh yang berada di after credit X-Men : Days Of Future Past berbeda dengan yang di X-Men : Apocalypse.

Singer membangun cerita yang benar-benar baru setelah mungkin dia merasa menyesal (atau kesal..?) dengan cerita X-Men trilogy pertama di mana ada beberapa hal dan masalah yang mungkin dianggap bakal menjadi bagian menarik tetapi malah menjadi bumerang dari fans (Singer meninggalkan X-Men III untuk membuat Superman Returns dan di X-Men ini beberapa tokoh penting X-Men dibuat tewas).

Untuk menonton film ini sebaiknya memang melupakan Trilogy awal X-Men, dan mulailah dengan menonton X-Men: First Class dan dilanjutkan dengan X-Men: Days Of Future Past. Karena kedua film ini mempunyai kaitan kuat dengan film Apocalypse. Setelah Days Of Future Past, semua cerita di reboot sehingga bisa lebih mudah mengikuti jalan ceritanya.

Setelah even pemindahan Alam Sadar Apocalypse ke Poe Dameron nya Star Wars, eh salah film ya... hahahaha. Setelah proses pemindahan terjadi maka jadilah Oscar Isaac sebagai pemeran En Sabah Nur yang baru dimana malah menjadi satu poin lemah bentuk karakter di film ini, Apocalypse di komik digambarkan seperti halnya Doomsday di Superman atau Tanos di Marvel Universe, minimal CGI lah untuk membentuk badan tinggi besar seperti raksasa, kurang tau kenapa Singer membuat Apocalypse hanya seukuran manusia biasa yang kita tau Oscar Isaac hanya ber tinggi badan 174 cm (pendek untuk ukuran seorang Apocalypse).

Tadinya saya berharap akan di CGI biar terlihat besar, ternyata enggak. Hanya ada adegan dia bisa membuat badannya membesar jadi raksasa seperti di trailer, tapi hal itu gak memuaskan saya, kalau enggak karena nih orang Oscar Isaac mungkin saya tambah kecewa, untung Isaac cukup baik memerankannya. He’s a big daddy for all mutant in world, dia selalu memanggil mutant dengan sebutan “My Son”

Film pun berlanjut ke tahun 1983 ( sepuluh tahun setelah era Days Of The Future Past ), disini Singer membangun cara pengenalan tokoh tokoh baru (yang sebelumnya udah ada di trilogy pertama X-men) yaitu Cyclops, Jean Grey, Storm, Psylocke, Angel dan tentunya Nightcrawler.
Gak ada unsur pemaksaan dari semua pengenalan tokoh, dengan asal usul singkat mereka dan nanti akan saya coba bahas para pemain baru disini, permasalahannya cuma di asal usul Psylocke yang diperankan oleh Olivia Munn, sedikit memaksa tapi gak apa-apalah, setiap film juga gak selalu perfect toh.

Apocalypse mempunyai tujuan untuk menguasai dunia, dan menjadika Mutant sebagai penguasa, prinsip yang mirip dengan Magneto yang muak dengan perlakuan manusia terhadap Mutant, kisah sedih Magneto juga diceritakan di film ini, tentang bagaiman dia mengikuti apa yang disarankan oleh Xavier untuk menjalani kehidupan normal, dan lagi-lagi manusia mengecewakannya, sehingga bergabunglah dia bersama Storm, Psylocke dan Angel sebagai The New Four Horsemen nya En Sabah Nur.

Mengalirnya cerita di film ini sangat nyaman, santai, adegan per adegan juga gak numpuk, gak ada kebingungan sama sekali apabila kita mengikuti X-Men First Class dan Days Of Future Past. Kehadiran Quicksilver a.k.a Peter Maximoff yang menemui Xavier dan menanyakan sang Ayah (di komik Magneto adalah ayah Peter) menjadi bagian paling menarik di film ini. Kenapa menarik, nonton aja, karena ini merupakan adegan paling menarik menurut saya, very fun dan yah tonton aja, hahahaaa.

Ada satu lagi scene yang membuat Quicksilver adalah bintangnya tapi gak usah ditulis deh nonton aja. Saya menyukai karakter Peter ini, dia merasa dirinya seorang looser walaupun kekuatannya berlari kencang tapi merasa selalu terlambat, hehehe what a guy, humble banget yah, dan dia udah dewasa disini, berbeda dengan di Days Of Future Past yang masih anak-anak banget.

Raven atau Mystique yang diperankan oleh my favorite actress alias Jeniffer Lawrence mempunyai andil yang sangat kuat disini, dia merupakan idola para mutant muda setelah kejadian di film Days Of Future Past, ini juga mungkin dibuat  karena pemerannya si Jen Law kali yah, pemenang Oscar dan pemain wanita bayaran tertinggi saat ini, so.. rugilah kalo gak dimanfaatin. Raven lah yang mengajak Nightcrawler ke Mutant Academy (ini perbedaan antara komik dan film, karena Nightcrawler adalah anak dari Azazel dan Raven tapi tidak di film). Mungkin adegan ini juga dibuat untuk nanti ada penjelasan kedekatan antara Raven dan Nightcrawler.

Film ini cukup dibumbui dengan adegan-adegan lucu dari tingkah anak-anak muda mutant disini, bayangin Nightcrawler gak pernah nge mall, dan sepertinya dia mengidolakan Michael Jackson dengan rambut gaul ala 80 an dan jaket merah Thriller nya MJ.
Seperti biasa saya mau kasih bahsan spesial buat para pemainnya, tapi disini saya lebih fokuskan pada para pemain yang baru plus Quicksilver nya.

APOCALYPSE (EN SABAH NUR)

Oscar Isaac
Mutant pertama dunia, di trailernya Alex Summer kakak dari Scott Summer (Cyclops) bertanya kepada Moira (Agen CIA) bukannya Mutant terjadi baru dalam beberapa Dekade belakangan ini, dan ternyata bukan, Mutant udah ada ribuan tahun yang lalu.

Sebagai Main Villain, Apocalypse secara kostum cukup menyeramkan, walaupun ada kemiripan dengan komik dan di edit disana sini, tapi cukup menunjukkan bahwa dia adalah seorang Dewa (menurut dirinya). tetapi saya jauh menyukai desain dari komik karena Apocalypse begitu super, kuat dan gagah perkasa kalau saja Singer mau sedikit mengalah dan menekan ego nya demi memenuhi keinginan Fans X-Men.
Apocalypse

Menurut penggambaran komiknya, Apocalypse itu sosoknya seperti raksasa, mungkin seukuranlah ama Tanos, atau Mogul, mungkin juga Doomsday, entah kenapa Singer melakukan blunder dengan memainkan Poe Dameron Star Wars, hehehe. Oscar Isaac is great Actor, saya suka peran dia di Ex Machina, Star Wars bahkan dia juga jago nyanyi seperti di film 10 years bareng Channing Tatum. Tetapi fisik yang harusnya bisa di edit menjadi besar tinggi gak dilakukan Singer, Apocalypse kurang perkasa kalau berdiri bersanding dengan The Four Horsemen nya, sayang sekali, tetapi untuk akting Isaac lumayan bagus, pembawaan misterius tetapi mematikan, cara dia membujuk para Mutant untuk bergabung dengannya memang bisa dibawakan dengan baik oleh Isaac, dan 7/10 untuk Poe Dameron di sini.

JEAN GREY (PHOENIX)
Sophie Turner

Jane Grey a.k.a Phoenix yang diperankan oleh Sophie Turner adalah Mutant paling kuat dari seluruh murid Xavier, dan ini juga ditunjukkan di film ini, Jean Grey mencuri perhatian karena she’s young and beautiful, walaupun ada yang nyangkut sedikit logat amerika nya ( Sophie Turner adalah artis asal inggris), tapi di pertengahan film logat amriknya membaik kok, mungkin dikarenakan awal-awal adegan dia berakting bareng sama James McAvoy (Xavier) yang asal britain raya juga, jadi masih terpengaruh. Sophie yang saya tau  ada di serial Game Of Throne, dan merupakan tokoh pertama yang diperkenalkan oleh Singer waktu terpilih sebagai Jean Grey di X Men Apocalypse.
Phoenix

Seperti biasa saya gak komentar apa-apa sebelum nonton dan hasilnya memang bagus tapi masih sedikit dibawah Famkee Janssen mungkin karena senior aja kali, di film ini juga sedikit ada percikan kenapa Logan bisa jatuh cinta sama Jean nantinya.

Adegan yang bagus dari Singer kalau mau disambungkan nantinya ke film X-Men berikutnya. Tetapi yang kita tau Jean adalah kekasih Scott a.k.a Cyclopse, kayak anak remaja pada umumnya, rasa itu ada, tapi belum keliatan di film ini, Sophie cukup lumayan maennya 7/10 lah menurut saya, dia akan berkembang seiring berjalannya film untuk mendalami karakter Jean Grey berikutnya.

PETER MAXIMOFF (QUICKSILVER)
Evan Peters

The Man Who Stole The Show......!!! enough said, this is my favorite character setelah Nightcrawler, hahaha... Peter Maximoff alias Quicksilver, manusia paling cepat di Universenya Marvel, Mutant yang merupakan anak Magneto, udah dijelasin juga di Trailernya, bahwa Magneto is his father. Karakter ini juga keluar di The Avengers Age Of Ultron, tetapi karena masalah license yang udah dipegang ama FOX maka nama Peter diganti dengan Pietro dan Quicksilver gak pernah disebut di film Age Of Ultron.
Quicksilver

Peter Maximoff diperankan oleh Evan Peters, pertama kali saya liat bermain di film Kick Ass sebagai Todd sahabat dari Dave si tokoh utama Kick Ass, ada yang menarik disini. Dave adalah tokoh yang diperankan oleh Aaron Taylor-Johnson, dan Aaron juga yang memerankan karakter Pietro Maximoff alias Quicksilver di The Avengers Age Of Ultron. Suatu hal yang unik sekali para pemeran Quicksilver ini berperan sebagai sahabat di film Superhero lain.
Quicksilver MCU dan Quicksilver FOX

Nakal, cuek, tapi humble pas banget dimainkan oleh Evan. Karakter ini mencuri perhatian di scene dapur pentagon waktu mau mengeluarkan Magneto dari penjara, adegan paling memorable banget di film Days Of Future Past, di mana peter bermain-main dengan kecepatannya menyelamatkan Xavier, Wolverine dan Magneto dari serangan para penjaga. Hal itu pun akan terjadi lagi di film Apocalypse dengan nuansa berbeda dan lebih keren menurut saya.

Evan karena kamu menyenangkan saya beri poin 8/10 sebagai Quicksilver.

KURT WAGNER (NIGHTCRAWLER)
Kodi Smit-Mcphee

Dari X-2 saya udah suka ama tokoh Nightcrawler, kekuatan pindah ruang di White House bener-bener memorable, setelah hilang di X-Men The Last Stand akhirnya dikeluarin lagi di X-Men yang sekarang, Lugu, berkesan bego malah hahahaha, tapi seneng liatnya, berwarna biru, jari tangan Cuma tiga (nanti bakalan jadi guyonan kocak difilm), ada ekornya lagi, mirip banget ama bapaknya si Azazel di X-Men first Class (di film emang gak dijelasin siapa bapak ibunya, tapi di komik bentuk tubuh dan tenaga mutantnya mirip dengan bapaknya si Azazel, dan warna nya mengikuti ibunya si Mystique).
Nightcrawler

Kurt Wagner diperankan oleh Kodi Smit-McPhee, saya Cuma nonton satu filmnya bareng Viggo Mortensen di film Road, good movie, tentang kehidupan manusia yang harus survive diakhir zaman, dan Kodi berperan sebagai anak Viggo disini. Aktingnya bagus di film itu, dan di X-Men Kodi juga sukses menjadi remaja 80 an gaya rambut alay, celana baggie dan jaket merah ala Michael Jackson.
Nightcrawler diselamatkan oleh Raven (Mystique) dan dibawa ke Xavier’s School (bukan spoiler karena ada di trailer),Hubungan antara Kurt dan Raven mungkin saja nantinya akan terbongkar, bahwa ada kisah lain antara Raven dan Azazel setelah kejadian film X-Men First Class, makanya Raven bela-belain menyelamatkan Kurt dari pertandingan antar Mutant melawan Arc Angel, apakah benar Kurt anaknya ? wait and see ajalah.

Kodi bermain cukup berhasil, saya suka dia masih membawa karakter Kurt Wagner yang diperanin oleh Allan Cumming di X2. Rajin berdoa setiap ditimpa masalah, kesan penakut tapi nekad dan tentunya lugu. Kodi mendapat 7.5/10 untuk perannya sebagai Nightcrawler.

SCOTT SUMMERS (CYCLOPS)
Tye Sheridan

Tye Sheridan, pemeran Scott Summers disini masih terasa kurang kuat, padahal sebenarnya sebagai satu anggota X-Men yang banyak dikenal, Sheridan seharusnya punya beban yang berat, sebenarnya Cyclops di film ini cukup mendapat perhatian khusus sampai diceritain segala awal dia mendapatkan kekuatan, dan dia adalah adik Alex Summers salah satu anggota X-Men dari angkatan First Class yang dikenal dengan nama Havox, tetapi entah kenapa sama saya lewat gitu saja.
Cyclops

Mungkin juga karena terlalu dicuri perhatian oleh Nightcrawler, Quicksilver dan Phoenix maka terasa gak terlalu berkesan sama saya, gak salah sih. Teman-temannya yang lain mempunyai jatah yang sama di film tetapi kesannya berbeda aja.

Tye Sheridan bukanlah aktor yang membintangi film-film box office,film terakhir yang saya tau dia bermain sebagai anggota pramuka yang harus menghadapi zombie di film Scouts Guide to the Zombie Apocalypse, selebihnya sempat main juga bareng Nicholas Cage di film Joe, dan secara fisik sekali lewat postur tubuh mirip dengan James Marsden pemeran Cyclops pertama, apa mungkin itu maka dia terpilih sebagai Scott, mungkin saja, semoga saja Cyclos di film berikutnya bisa lebih menonjol karena bagaimanapun dia adalah leader X-Men nantinya

6.5/10 untuk Tye Sheridan, not bad tapi juga gak terlalu membuat saya terkesan sama permainannya, apakah ini emang dia atau Sutradara yang gak bisa mengangkat kesan jiwa kepemimpinan Scott di film ini, saya juga kurang tau.

ORORO MUNROE (STORM)
Alexandra Shipp

Mau dibilang gimana juga Halle Berry cukup melekat kuat sebagai Storm di 4 film X-Men, mungkin ini juga menjadi beban yang cukup berat buat Alexandra Shipp menggantikan Berry, tapi secara overall gak terlalu mengecewakan. Walaupun dengan dandanan mohawk ala 80 an (karena emang setting film ini di tahun 1983) tetapi Alexandra terlihat menjalani kehidupan yang sulit sebagai manusia mutant yang belum pernah bertemu dengan  mutant lain, sehingga pertemuannya dengan Apocalypse yang merupakan mutant pertama yang terlihat langsung membuat dia pun bergabung dengan En Sabah Nur.
Storm

Storm memang adalah salah satu anggota X-Men paling senior di komik, walaupun posisi nya sebagai salah satu The Four Horsemen Apocalypse, tapi dia mendapatkan porsi yang cukup lumayan di film ini, dan menurut saya malah Alexandra membawakan Storm yang berbeda dibanding Halle Berry, dan saya menyukai twist ini, dimana Storm bukan dipihak X-Men, malah sebaliknya, sama dengan Angel yang juga di twist sebagai four horsemen.

Sedikit menyinggung Angel yang diperankan oleh Ben Hardy, sengaja gak terlalu saya bahas disini, Cuma ada beberapa scene penting tapi gak terlalu saya mau tulis mengingat ntar jadinya spoiler, tetapi yang pasti Angel dan Nightcrawler ada sedikit masalah aja di film ini. Dan Angel is not my fav character disini, hehehe.
Angel

Balik lagi ke Ororo Munroe yang sangat berharap dia bisa satu universe sama Marvel Cinematic Universe biar jadian ama Black Panther. Alexandra malah berhasil melepaskan diri dari Halle Berry, bukan malah mencoba menyamakan karakter, i like it, gak ada terbayang sama sekali ini adalah Storm yang sama, bahkan berbicarapun Alexandra menggunakan logat yang berbeda, sedikit African English berbeda dengan Storm Berry yang sangat Amerika.

7.5/10 untuk aktingnya dan keberaniannya melepaskan diri dari Halle Berry menurut saya.
ELIZABETH BRADDOCK (PSYLOCKE)
Olivia Munn
Singer kembali melakukan twist salah satu anggota X-Men yang menjadi Four Horsemen of Apocalypse, Psylocke yang di sini gak terlalu dibahas asal usulnya (pengennya sih ada disebut dikit tentang kembarannya yaitu Captain Britain). Sangat disayangkan juga bagaimana Psylocke tiba-tiba nongol aja, atau mungkin emang Singer sengaja membuat sosok ini lebih sedikit misterius untuk film X-Men berikutnya.
Olivia Munn, Pemeran Psylocke cukup mencuri perhatian saya, selain wajah asia nya, Munn juga sering terlibat di film-film yang cukup terkenal walaupun bukan sebagai pemeran utama, seperti film Magic Mike, Zoolander2, Mortdecai bahkan Ironman 2. Tetapi kok saya merasa kurang yah, kurang tercuri perhatian, harusnya lebih sering lagi dan lebih Badass lagi, walaupun tetep dia anggota Four horsemen yang paling keren, kostumnya detail mirip ama komik, rambutnya yang ungu (biarpun gak seungu di komik) dan tenaga mutant plus Samurainya.
Sebenarnya gak masalah sih, saya nya aja yang pengen lebih banyak Munn maen disini, porsinya sebenernya pas, tapi saya pengennya lebih gimana lagi (dasar ya kamu Abang Dhika), tapi latihan keras bela diri yang dilakukan Munn terbukti menghasilkan aksi keren waktu dia melawan salah satu anggota X-Men (yang udah liat trailer pasti tau siapa musuhnya kan ).
Psylocke
Sebagai Psylocke yang di film ini salah satu yang cukup mendekati komik secara fisik dan kostum (walaupun di komik terlalu kelewat seksi), Munn cukup keren lah, apalagi karakter dia biasa di film bukan cewek yang Badass, di sini hati-hati aja lah kalo berhadapan ama dia. 7/10 buat Olivia Munn, dulu sih biasa aja ama dia, tapi abis di film ini kayaknya kalo dia dapet porsi lebih di X-Men berikutnya bakalan suka juga nontonnya.

Overall saya puas dengan film ini, seru, menghibur, lucu, cinematography nya keren, efeknya bagus, walau ada beberapa bagian yang agak terlihat CGI tapi kebetulan aja terlihat sama saya, soalnya Istri saya malah gak ngeh bagian itu hahaha. Untuk film ini baik soundtracknya, jalan ceritanya, bagaimana mutant muda dipaksa mengeluarkan segala kemampuan mereka,  acting para pemainnya saya kasih total 8/10*, beberapa kritikus dan reviewer seperti kurang menyukai film ini tapi menurut saya malah sangat layak ditonton, apalagi bagi penggemar Superhero X Men, dan tentunya silahkan dicari dan ditunggu di mana Stan Lee berada, sedikit berbeda Cameonya kali ini, enjoy the movie, jangan lupa after Credit scene yang ada di akhir semua tulisan-tulisan nama yang bisa buat kita diusir sama petugas kebersihan bioskop, dan waspadai Mutant di sekitar kita.


Minggu, 01 Mei 2016

Review Album TREMONTI - DUST (2016)

TREMONTI – DUST 2016
 
Tremonti - Dust
Mark Tremonti , gitaris Creed dan Alter Bridge ini ternyata sudah ngeluarin album ke 3. Well cukup konsisten juga dia ngeluarin album, di sela-sela kesibukan tournya denga Alter Bridge, Tremonti masih tetap aktif menghasilkan karya untuk solo band nya ini.

Setelah album  All I Was 2012, dan Cauterize 2015, tiba-tiba udah nongol aja album Dust 2016. Saya sampe kaget waktu ada yang nge-tag saya di sosmed kalo Tremonti ngeluarin album lagi... cepet bener... hahaha
Mark Tremonti

Singkat saja tentang Tremonti, Band ini bentukan dari Mark Tremonti gitaris Creed dan Alter Bridge yang mungkin udah banyak banget ide-idenya yang gak tertuang di band dia sebelumnya, Mark mengajak Eric Friedman gitaris yang biasa menemani tour nya bersama Creed sebagai partner gitarnya di panggung dan di studio, sementara posisi drum di isi oleh Garrett Whitlock, sebelumnya posisi pemain Bass diisi oleh Brian Marshall (Bassis Creed dan Alter Bridge) tetapi akhirnya diganti oleh Wolfgang Van Halen (Anak sang gitaris Maestro Eddie Van Halen).
 
Eric Friedman, Mark Tremonti, Wolfgang Van Halen, Garrett Whitlock
Saya akan reviewnya per lagu, karena sayang kalau dibahas secara garis besar band dengan gitaris keren gini. Apalagi Mark adalah salah satu dewa gitar pujaan saya.

Track 1. My Last Mistake

Power Intro khas mainan gitar ala Tremonti, kurang pasti ini maen di tunning drop apa,  kayaknya sih di D. Yang gak pernah luput dari perhatian saya di setiap album sih Drummernya Tremonti si Garrett ini. Dapet dimana ya si Mark, double pedal gantung-gantungnya itu loh, kayaknya nih orang emang drummer metal sejati, lagu ini sepertinya bukan lagu tersulit di album ini,

Cuma siap-siap aja tangan pegel ama teknik downstroke nya. Solo gitarnya juga bukan yang tersulit (selama saya masih bisa maeninnya sih berarti gampang... hahaha). Untuk lagu pembukaan album ini nendang banget.

Track 2. The Cage

Ini intro lagu pake teknik cubit-cubit, hahaha gak mungkin sanggup kalo dipake downstroke pas ngerhythm part song nya gila, rapet banget, masih kerasa kayak beberapa lagu di album satu dan dua, disaat gak ada vokal mark ngisi gitar sedikit rumit, pas nyanyi mengandalkan teknik palm mute, nice work Mark, solo gitar nya mauuutttt.

Kayaknya Tremonti menggunakan tunning drop C disini, karena kerasa lebih berat dari lagu pertama.

Track 3. Once Dead

Old School Thrash Metal, ini nuansa yang saya denger pertama kali lagu ini intro nya jalan, tapi begitu masuk vokalnya Mark yang sama keren ama maenan gitarnya ini, baru kerasa kalo ini emang lagunya Tremonti. Disini kayaknya skill gitar dan vokal Mark tremonti harus bener-bener jago yah, itu rhythm gitar ama vokal beda jalan, tapi konsentrasinya itu loh... emang jagoan nih.

Part sebelum masuk solo gitarnya pake harmony berisik plus palm mute gitu buat tangan gatel mau maen gitar lagi. Not my favorite solo, tapi tetep aja keren sih. Dan kenapa gak abis-abisan ngehajar disini ya..? oooh saya tau ada Solo gitar ke dua nih, eh kayaknya sih yang pertama si Mark yang ambil dan si Eric  ambil yang Outro ya... belum searching info sih, tapi kayaknya gitu, anyway ini lagu endingnya keren.

Track 4. Dust
Clean gitar dengan khas petikan ala Creed dan Alterbridge, lagu ini cukup kental aroma album Creed terakhir Full Circle, or maybe this is one of unused song di Creed ? Bisa jadi. Tapi karena nada vokal dan karakter Mark emang beda ama Scott Stapp (Creed) ataupun Myles Kennedy (Alter Bridge)maka jadilah lagu ini nuansa nya jadi lain.
Ini bisa jadi salah satu lagu favorit saya juga nih, lebih ke pendapat pribadi sih, karena kangen Creed, yang saya suka di lagu ini bahkan sound Gitar, Bass dan Drumnya terasa sedikit Creed, entah disengaja atau enggak, tapi sama sekali tidak terasa soundnya belang dengan lagu-lagu yang lain. 
Keputusan cukup bagus menjadikan lagu ini sebagai judul album ketiga, Emosi Mark menyanyikan lagu ini, dan isian Solo gitarnya bener-bener klimaks. I Love It. God, I Miss Creed so much gara-gara dengerin lagu ini. Please reunite lagi donk hehehehe.

Track 5. Betray Me
Lagu lagu band Tremonti ini emang kuat di Intro, bukan ribet tapi powerfull, i love how tremonti put some guitar solo beetwen song and reffrain. Vokal Mark udah jadi banget nih, beda ama album pertama, powernya bagus banget. Dan salah satu musisi jenius itu ya bisa pun ciri khas kalo baru denger sekali aja kita langsung tau, ini Tremonti... hal yang berlaku untuk band Creed, Alter Bridge, Disturbed, Extreme, dan Metallica ( sebenernya Cuma mau kasih tau aja band-band idola saya itu siapa aja hahahaha).
Sedikit bahasan Solo gitarnya di lagu ini, Morley  pedal wah nya signature Mark ketauan banget, hahaha, i know that sound. Great solo guitar, i love it Mark, tapi shredding nya banyakin lagiiii, kurang hahahaha.
Drumnya juga asik abis, Wolfgang pasti kerja keras nih ngompakin ama si Garrett, tapi pada dasarnya emang  keduanya pada jago maennya,  pasti pas take di studio nyantai aja yah.


Track 6. Tore My Heart Out

Ada sesuatu yang agak baru nih di lagu ini,Intro nya sih saya yakin penggemar Tremonti ngerti banget maksud saya gimana, tapi ada nuansa suara gitar nada suara 1 dan 3, tapi bias, mirip gitarnya band Metalcore tapi gak persis sih,  entah dimaenin secara beda antara Mark dan Eric atau emang jari mereka yang canggih, gak kebayang masih, ntar deh coba diulik-ulik.

Lagu ini mid tempo, kalo gak mau dibilang slow,karena powernya gak normal nih lagu, mid tempo tapi dagudug dagudug drumnya, eh abis itu pas mau masuk refrain maen maen ama itungan ganjil.

Reffrain nya sih agak santai (menurut mereka kali, kalo sama saya tetep aja sulit), tetapi part per part lagunya lumayan banyak tapi gak buat pusing kayak band Progressive lah, lumayan berat  beberapa bagian temponya, tapi ke ujung nya malah double pedal, maksudnya apa ini... hahahaha
Solo gitarnya manja, karena sesuai judul lagu kali ya, tetep enak lah pastinya.

Track 7. Catching Fire

Kayak pidato nih awal lagunya, kayak ngajakin para pendengar buat demo ke pemerintah kayaknya. Itu sih nuansa nya aja, kalo isi liriknya sih enggak, ini lagu tentang peperangan kayaknya.

The whole world is catching fire again
The hardest thing is knowing that we could've just died instead
The preacher he is dying alone
The young man he is crying
He'll make this world his own
Make this world his own

Tapi terasa banget sama saya ada kemarahan di lagu ini, bukan kemarahan anarki, tetep pada garisnya, terasa sekali nuansanya, masuk ke arransemen musiknya , udah kebayang kayak suasana perang, drum ama gitar nya kayak ngikuti rentetan peluru dari senapan mesin, dan ada part  heroik di pertengahan antara menit ke 2.40 sampai ke 3.12, Suka ama bagian ini nih, denger sendiri aja deh, pasti tau maksud saya.

One of my favorite song nih di album Dust. Walaupun gak pake solo gitar disini, tapi Tremonti berhasil membangun nuansa yang gawat nih. BEST...!!!!

Track 8. Never Wrong

Dengerin deh sound drum album ini, dari dulu emang kelebihan dari band ini untuk karakter sound nya emang dipikirin banget, Basah gitu bunyi bass drum nya, love the sounds.

Mungkin ini lagu yang paling cepet penyelesian nya, gak banyak aneh-aneh, simpel, dan mengingatkan saya ama album Alter Bridge Black Bird, wajarlah kan gitarisnya siapa coba, tapi Mark tetep bisa menunjukkan kalo ini Tremonti bukan Alter Bridge atau Creed. Tapi terus terang ini jadi kayak part aransemen lagu di album-album awal Creed. Bukan aransemen musiknya, tapi lagunya. Untuk part solo juga gak terlalu dibuat susah tapi pas banget ama nuansa lagu yang dibangun.

Lagu ini full emosi, karena Mark menggunakan kemampuan vokalnya ke nada tertinggi dia (bukan teriak). Dan ditutup ending pake petikan berdistorsi, Manis gak tuh.

Track 9. Rising Storm

Digeber sama pukulan drum padat, dan tentu saja Whammi Bar dan teknik Harmoni Picking yang akhirnya dipake juga, atau saya terlewatkan dengerinnya  yah, hahaha.

Asyik nih, kayak lagu Over Come nya Creed, tapi beda, beda banget. Tapi sama kayak lagu Dust, mungkin ini sisa-sisa dari lagu Creed yang gak kepake karena karakter suara Scott Stap gak masuk nih kalo terlalu Low. Harus dibersin ama vokal Mark baru masuk. Karakter Vokal kamu makin oke yah bro, hehehe.

Petikan gitar dan soundnya di menit 1.45 lagi-lagi membawa memori lama, duh ini band maksudnya apa lah coba, saya kadang merasa kalo Matt mengaku selalu berusaha menggunakan teknik baru untuk album tremonti, tapi soulnya gak berubah sama sekali, part ini beda banget kok sama Creed, gak ada lagunya Creed kayak gini, tapi jari dan petikan Matt yang emang udah saya kenal dari masa-masa kuliah gak bisa membuat saya menerima dia melupakan Creed, hehehe lagi Mellow nih.

Track 10. Unable To See

Nah, kalo ini saya bilang Alter Bridge nya kentel banget, Intro nya dan nyanyian awal lagu ini ngingetin saya sama lagu Broken wing, tapi pas masuk part berikutnya udah berubah, tapi tetep kalo dimasukin ke albumnya Alter Bridge dan suara nya diganti ama Myles pasti yahud banget deh.

Ini lagu yang lumayan slow di album ini, tapi ternyata sebagai penutup album Dust, lagu ini pas banget, kita kayak dibawa ke suatu tempat yang luas (padang rumput mungkin) untuk terus ngeliat kebelakang dan memandang kembali memori-memori yang terekam di track 1-9 sebelumnya. Apakah agak berlebihan, kurang tau juga ya, tapi itu yang saya rasakan. Lagu ini kayak bener0bener dibuat untuk menutup chapter Album Dust. Kebayang kan ending song dari sebuah film, yang biasanya sangat melekat kuat di saat nama-nama pemeran, sutradara, produser dan lain lain, kita baru berdiri mau keluar gedung bioskop, nah itu yang saya rasain, terbayang seluruh rangkumisi film yang baru saya tonton, dan lagu ini seperti merekam semuanya.

Ya.. bener ini lagu yang keren banget, gak ribet, gak berisik, tapi nuansanya ampun. Bisa-bisa kalo saya membayangkan kalo saya maen gitar sambil nyanyi ama band ini bisa-bisa emosi, hahaha. Great Song, pas sebagai penutup. Pas banget..!!!!


Well.., segini aja dulu review singkat saya sebagai pendengar musik, sebenarnya saya udah termasuk gak terlalu banyak mendengar musik-musik terbaru, hanya yang benar-benar menggigit dan layak dibahas aja yang mau saya tulis (lagi-lagi menurut saya yaaah...!)

Jadi setelah saya dengar Album ini, saya akan kasih 9/10 bintang donk, seperti halnya album Tremonti dari album pertama sampai ketiga yang saya suka semua, gak ada yang lebih dan gak ada yang kurang, tapi bukan berarti stuck kayak gak ada kemajuan, justru penilaian saya gak pernah ada penurunan terhadap musik mereka. Tetapi kalau dibilang berarti gak ada peningkatan, salah besar. Saya lebih suka bilang Tremonti gak perlu lagi mencari peningkatan, isi nya udah jenius semua, Band ini akan konsisten dengan musik mereka, mereka ini band yang stabil, baik dalam bermusik dan lirik. Mereka gak mau terpengaruh tren musik sesaat tetapi melek dengan kondisi dunia saat ini. Patut didengar dan direkomendasikan kepada para penggemar musik keras, tetapi masih layak banget didenger sama yang awam kok.

Thanks yang udah baca review saya, semoga bisa jadi alasan untuk mencari album ini...


See you again guys...!!!