Jumat, 10 Juni 2016

WARCRAFT The Beginning

WARCRAFT

WARCRAFT

Well, buat para gamer yang udah nungguin film ini mungkin bisa bernafas lega setelah menonton Warcraft, karena setelah saya tonton ternyata film Warcraft gak sejelek yg kritikus bilang...

Kalo emang suka gamenya, atau emang suka mahluk ala middle earth kayak Human, Elf, Orc, Dwarf dan Gryphon pasti seneng ngeliat CGI nya yang cukup rapi dan keindahan alam Warcraft di film ini.

Peperangan antara Human dan Orc, tanpa melibatkan para mahluk middle earth lainnya seperti Dwarf dan Elf sebenarnya sangat disayangkan, tetapi mungkin niat sang sutradara untuk membangun cerita asal mula terjadinya peperangan ini.

Jalan cerita sangat cepat, gak bertele-tele, walau kadang berkesan buru-buru, tapi sebenarnya itulah salah satu kendala membuat film berdasarkan game, untuk membuat karakter dengan lebih dalam ceritanya agak susah, sejauh ini belum ada film berdasarkan game yg memuaskan saya kecuali Prince Of Persia. bahkan Resident Evil saja menggunakan karakter baru supaya lebih mudah memperkenalkan karakternya ke penonton.

Alasan peperangannya sebenarnya juga cukup bagus, bagaimana mahluk Orc kehilangan tempat tinggal, dan kehancuran dunia Orc membuat mereka ingin menginvasi dunia lain yang berada di dimensi berbeda, sehingga membuat Gul'Dan menggunakan kekuatan sihir jahatnya membuka portal ke dunia manusia dan membawa pasukan perang untuk menguasai dunia. Mungkin kalau dibuat alasan lain yang lebih seru lagi maka akan makin asik menontonnya, karena mungkin saja manusia gak keberatan berbagi dunia bersama bangsa Orc, tetapi mungkin alasan ini cukup buat para hardcore fans Warcraft untuk memulai perang. Sangat disayangkan Elf dan Dwarf  tidak memegang peran penting di film ini.

Untuk adegan, ada beberapa adegan yang sedikit mengganggu logika disaat berperang, percakapan yang bisa sedikit santai (seperti ngobrol) di tengah-tengah peperangan seharusnya bisa diracik lebih real lagi, Kolosalnya gak terlalu banyak, padahal kita tau kalau Warcraft adalah game RPG dengan strategi perang. tapi semua juga tertutup dengan hiburan keindahan alam dan detail mahluk-mahluk di dalam film ini yang bisa dikatakan sangat sesuai dengan yang dilihat di gamenya.

Untuk penilaian aktingnya, sebenarnya para aktornya bagus-bagus, tetapi emang msh banyak yg gak kuat untuk masing-masing karakter, masih belum tune untuk beberapa karakternya, bahkan sang tokoh utama Lothar yg diperanin Travis Fimmel lebih kerenan liat dia di serial Vikings, tapi gak berarti mainnya jelek. Kalo ngeliat dia ini saya teringat ama Aragorn, mungkin karena kemiripan fisik aja karena ini film emang gak bisa dibandingin sama TLOTR.
Lothar

Ben Foster jg kurang kuat berakting sebagai seorang Wizard (Merdivh) yg berpengalaman ( jangan pernah bandingin ama trilogy TLORT dan The Hobbit yah hehehe jauh bgt ). Kalo masih inget, dia adalah pemeran Angel di X Men The Last Stand, sebagai manusia bersayap :), kurang kuat, terlalu muda mungkin sebagai seorang Guardian yang menguasai Magic kuat. tapi mungkin sutradara ada pemikiran lain tentang ini.
Merdivh

Dominic Cooper juga gak jelek berperan sebagai King Llane. Saya suka liat dia di Preacher, dan Howard Stark di Captain Amerika The First Avenger sih. Tapi gak jelek kok. Untuk seorang raja muda dan berwibawa Dominic lumayan bagus, bawaan tenang dan gak emosi, bijaksana, cukup baik dibawakannya. Sang istri Lady Taria yang diperankan oleh Ruth Negga malah merupakan partner Dominic di serial Preacher,
King Llane

Paula Patton (Garona) yg saya bisa bilang paling oke, green orc yg tetep cakep biarpun punya taring ala buto cakil (atau ini udah selera sendiri ya.. ). Female Warrior, karakter yang dianggap nothing oleh Orc tapi berperan penting dalam menyelesaikan peperangan antara Human dan Orc. Paula Patton adalah salah satu aktris favorit saya sih sebenarnya, jadi ini mungkin karena faktor selera hahaha, Paula emang keren, berapa kali maen bareng Denzel Washington dan juga main di Mission Imposible bareng Tom Cruise, dulu sempat saya bayangin dia berperan sebagai Wonder Woman walaupun bukan artis berkulit putih, bawaannya emang perkasa, dan di Warcraft ini Paula cukup menonjol bermain sebagai female warrior yang dikucilkan di dunianya.
Garona
Durotan ( Toby Kebbel ) saya suka banget karakter nya.Seorang pemimpin klan, yang tidak menyetujui tindakan Gul'Dan dan ingin bersekutu dengan manusia supaya bisa mengalahkan Gul'Dan. Padahal kalo liat si Toby Kebbel yang meraninnya jauh banget ama karakter ini, dan sekali lagi detail karakternya oke banget. Toby yang saya inget emang paling sering maen film-film gini, seperti Prince Of Persia, Wrath Of Titan, tapi paling inget lagi gara-gara film"gagal"  Fantastic Four Reebot sebagai Dr. Doom. Toby bagus disini, saya suka sama karakter yang dibawakannya, great job man.
Durotan

Young Wizard Khadgar juga lumayan, tapi Ben Schnetzer belum tune kayak saya bilang tadi, mungkin di film berikutnya bisa lebih oke. belum pernah nonton film lain yang Ben main, jadi kalo penilaian di film ini, yah masih standar sih. Wajahnya baik banget, hehehe, Penyihir muda yang rajin belajar, dan dianggap sepele ini ternyata malah punya fungsi yang penting juga di film Warcraft.
Khadgar
Gul'Dan sang main Villain sangat detail dengan karakter di Game, nice, i like it, keliatan sangar banget, tapi pas liat pemerannya Daniel Wu, hehehe berbeda banget deh. Aktor berwajah Asia, jauh dari kesan serem, CGI emang mengubah segalanya.
Gul'Dan

Tapi kalo dikasih rate kecil sampe 2/10 bintang sih yaa selera kritikusnya aja yg beda ama saya, saya sih kasih 7/10 karena mahluk2 nya keren abis (Persis gimana gambarannya di Game) , Gryphon nya maunya sering2 dikeluarin (nih mahluk keren emang ). Mengingatkan saya ama Hippogriff di Harry Potter, yang membedakannya Gryphon setengah badan elang dan bagian belakang adalah singa, sementara Hippogriff setengahnya bukan singa tetapi kuda , CGI nya mantap... Pemandangannya keren.. Cukup menghibur.

Kalo suka ngegame maen RPG Warcraft, Final Fantasy, Lost Odyssey atau Legend Of The Dragoon pasti ngerti maksud saya... Cerita film ini malah gak ada kesan RPGnya  ( TLOTR yg kerasa RPG banget), Dan saya penggemar game-game seperti diatas.

Still waiting for the second chapter of this movie.. Semoga aja tetep dibuat yah, jangan nyerah kayak I am number four atau The City Of Bones

Kamis, 19 Mei 2016

REVIEW X-MEN : APOCALYPSE

REVIEW X-MEN : APOCALYPSE
 
X-Men Apocalypse
Akhirnya, film ke 6 di X-Men universe (diluar Wolverine dan Deadpool) dirilis tanggal 18 mei 2016. Film yang seperti halnya Batman v Superman mendapat kritikan yang kurang baik dan rating cukup rendah dari Rotten Tomatoes ini gak menghalangi saya untuk tetap menonton film besutan dari Sutradara Bryan Singer ( X-Men dan Superman Returns).

Dibuka dengan adegan di Mesir 3600 SM,  En Sabah Nur sang mutant pertama di dunia yang selalu di temani dengan 4 mutant lain yang disebutnya The Four Horsemen. En Sabah Nur yang juga disebut sebagai Apocalypse menguasai dunia dan dianggap Dewa oleh para pengikutnya, tetapi untuk memperpanjang hidupnya dia harus memindahkan Alam Sadarnya ke Mutant lain dan setelah proses pemindahan selesai kekuatan Mutant itu pun akan menjadi miliknya.

Bayangkan betapa hebatnya kekuatan yang dimiliki En Sabah Nur, kalau dia sudah beribu-ribu tahun mentransfer dirinya ke Mutant lain, dan hal ini juga menjelaskan kenapa tokoh yang berada di after credit X-Men : Days Of Future Past berbeda dengan yang di X-Men : Apocalypse.

Singer membangun cerita yang benar-benar baru setelah mungkin dia merasa menyesal (atau kesal..?) dengan cerita X-Men trilogy pertama di mana ada beberapa hal dan masalah yang mungkin dianggap bakal menjadi bagian menarik tetapi malah menjadi bumerang dari fans (Singer meninggalkan X-Men III untuk membuat Superman Returns dan di X-Men ini beberapa tokoh penting X-Men dibuat tewas).

Untuk menonton film ini sebaiknya memang melupakan Trilogy awal X-Men, dan mulailah dengan menonton X-Men: First Class dan dilanjutkan dengan X-Men: Days Of Future Past. Karena kedua film ini mempunyai kaitan kuat dengan film Apocalypse. Setelah Days Of Future Past, semua cerita di reboot sehingga bisa lebih mudah mengikuti jalan ceritanya.

Setelah even pemindahan Alam Sadar Apocalypse ke Poe Dameron nya Star Wars, eh salah film ya... hahahaha. Setelah proses pemindahan terjadi maka jadilah Oscar Isaac sebagai pemeran En Sabah Nur yang baru dimana malah menjadi satu poin lemah bentuk karakter di film ini, Apocalypse di komik digambarkan seperti halnya Doomsday di Superman atau Tanos di Marvel Universe, minimal CGI lah untuk membentuk badan tinggi besar seperti raksasa, kurang tau kenapa Singer membuat Apocalypse hanya seukuran manusia biasa yang kita tau Oscar Isaac hanya ber tinggi badan 174 cm (pendek untuk ukuran seorang Apocalypse).

Tadinya saya berharap akan di CGI biar terlihat besar, ternyata enggak. Hanya ada adegan dia bisa membuat badannya membesar jadi raksasa seperti di trailer, tapi hal itu gak memuaskan saya, kalau enggak karena nih orang Oscar Isaac mungkin saya tambah kecewa, untung Isaac cukup baik memerankannya. He’s a big daddy for all mutant in world, dia selalu memanggil mutant dengan sebutan “My Son”

Film pun berlanjut ke tahun 1983 ( sepuluh tahun setelah era Days Of The Future Past ), disini Singer membangun cara pengenalan tokoh tokoh baru (yang sebelumnya udah ada di trilogy pertama X-men) yaitu Cyclops, Jean Grey, Storm, Psylocke, Angel dan tentunya Nightcrawler.
Gak ada unsur pemaksaan dari semua pengenalan tokoh, dengan asal usul singkat mereka dan nanti akan saya coba bahas para pemain baru disini, permasalahannya cuma di asal usul Psylocke yang diperankan oleh Olivia Munn, sedikit memaksa tapi gak apa-apalah, setiap film juga gak selalu perfect toh.

Apocalypse mempunyai tujuan untuk menguasai dunia, dan menjadika Mutant sebagai penguasa, prinsip yang mirip dengan Magneto yang muak dengan perlakuan manusia terhadap Mutant, kisah sedih Magneto juga diceritakan di film ini, tentang bagaiman dia mengikuti apa yang disarankan oleh Xavier untuk menjalani kehidupan normal, dan lagi-lagi manusia mengecewakannya, sehingga bergabunglah dia bersama Storm, Psylocke dan Angel sebagai The New Four Horsemen nya En Sabah Nur.

Mengalirnya cerita di film ini sangat nyaman, santai, adegan per adegan juga gak numpuk, gak ada kebingungan sama sekali apabila kita mengikuti X-Men First Class dan Days Of Future Past. Kehadiran Quicksilver a.k.a Peter Maximoff yang menemui Xavier dan menanyakan sang Ayah (di komik Magneto adalah ayah Peter) menjadi bagian paling menarik di film ini. Kenapa menarik, nonton aja, karena ini merupakan adegan paling menarik menurut saya, very fun dan yah tonton aja, hahahaaa.

Ada satu lagi scene yang membuat Quicksilver adalah bintangnya tapi gak usah ditulis deh nonton aja. Saya menyukai karakter Peter ini, dia merasa dirinya seorang looser walaupun kekuatannya berlari kencang tapi merasa selalu terlambat, hehehe what a guy, humble banget yah, dan dia udah dewasa disini, berbeda dengan di Days Of Future Past yang masih anak-anak banget.

Raven atau Mystique yang diperankan oleh my favorite actress alias Jeniffer Lawrence mempunyai andil yang sangat kuat disini, dia merupakan idola para mutant muda setelah kejadian di film Days Of Future Past, ini juga mungkin dibuat  karena pemerannya si Jen Law kali yah, pemenang Oscar dan pemain wanita bayaran tertinggi saat ini, so.. rugilah kalo gak dimanfaatin. Raven lah yang mengajak Nightcrawler ke Mutant Academy (ini perbedaan antara komik dan film, karena Nightcrawler adalah anak dari Azazel dan Raven tapi tidak di film). Mungkin adegan ini juga dibuat untuk nanti ada penjelasan kedekatan antara Raven dan Nightcrawler.

Film ini cukup dibumbui dengan adegan-adegan lucu dari tingkah anak-anak muda mutant disini, bayangin Nightcrawler gak pernah nge mall, dan sepertinya dia mengidolakan Michael Jackson dengan rambut gaul ala 80 an dan jaket merah Thriller nya MJ.
Seperti biasa saya mau kasih bahsan spesial buat para pemainnya, tapi disini saya lebih fokuskan pada para pemain yang baru plus Quicksilver nya.

APOCALYPSE (EN SABAH NUR)

Oscar Isaac
Mutant pertama dunia, di trailernya Alex Summer kakak dari Scott Summer (Cyclops) bertanya kepada Moira (Agen CIA) bukannya Mutant terjadi baru dalam beberapa Dekade belakangan ini, dan ternyata bukan, Mutant udah ada ribuan tahun yang lalu.

Sebagai Main Villain, Apocalypse secara kostum cukup menyeramkan, walaupun ada kemiripan dengan komik dan di edit disana sini, tapi cukup menunjukkan bahwa dia adalah seorang Dewa (menurut dirinya). tetapi saya jauh menyukai desain dari komik karena Apocalypse begitu super, kuat dan gagah perkasa kalau saja Singer mau sedikit mengalah dan menekan ego nya demi memenuhi keinginan Fans X-Men.
Apocalypse

Menurut penggambaran komiknya, Apocalypse itu sosoknya seperti raksasa, mungkin seukuranlah ama Tanos, atau Mogul, mungkin juga Doomsday, entah kenapa Singer melakukan blunder dengan memainkan Poe Dameron Star Wars, hehehe. Oscar Isaac is great Actor, saya suka peran dia di Ex Machina, Star Wars bahkan dia juga jago nyanyi seperti di film 10 years bareng Channing Tatum. Tetapi fisik yang harusnya bisa di edit menjadi besar tinggi gak dilakukan Singer, Apocalypse kurang perkasa kalau berdiri bersanding dengan The Four Horsemen nya, sayang sekali, tetapi untuk akting Isaac lumayan bagus, pembawaan misterius tetapi mematikan, cara dia membujuk para Mutant untuk bergabung dengannya memang bisa dibawakan dengan baik oleh Isaac, dan 7/10 untuk Poe Dameron di sini.

JEAN GREY (PHOENIX)
Sophie Turner

Jane Grey a.k.a Phoenix yang diperankan oleh Sophie Turner adalah Mutant paling kuat dari seluruh murid Xavier, dan ini juga ditunjukkan di film ini, Jean Grey mencuri perhatian karena she’s young and beautiful, walaupun ada yang nyangkut sedikit logat amerika nya ( Sophie Turner adalah artis asal inggris), tapi di pertengahan film logat amriknya membaik kok, mungkin dikarenakan awal-awal adegan dia berakting bareng sama James McAvoy (Xavier) yang asal britain raya juga, jadi masih terpengaruh. Sophie yang saya tau  ada di serial Game Of Throne, dan merupakan tokoh pertama yang diperkenalkan oleh Singer waktu terpilih sebagai Jean Grey di X Men Apocalypse.
Phoenix

Seperti biasa saya gak komentar apa-apa sebelum nonton dan hasilnya memang bagus tapi masih sedikit dibawah Famkee Janssen mungkin karena senior aja kali, di film ini juga sedikit ada percikan kenapa Logan bisa jatuh cinta sama Jean nantinya.

Adegan yang bagus dari Singer kalau mau disambungkan nantinya ke film X-Men berikutnya. Tetapi yang kita tau Jean adalah kekasih Scott a.k.a Cyclopse, kayak anak remaja pada umumnya, rasa itu ada, tapi belum keliatan di film ini, Sophie cukup lumayan maennya 7/10 lah menurut saya, dia akan berkembang seiring berjalannya film untuk mendalami karakter Jean Grey berikutnya.

PETER MAXIMOFF (QUICKSILVER)
Evan Peters

The Man Who Stole The Show......!!! enough said, this is my favorite character setelah Nightcrawler, hahaha... Peter Maximoff alias Quicksilver, manusia paling cepat di Universenya Marvel, Mutant yang merupakan anak Magneto, udah dijelasin juga di Trailernya, bahwa Magneto is his father. Karakter ini juga keluar di The Avengers Age Of Ultron, tetapi karena masalah license yang udah dipegang ama FOX maka nama Peter diganti dengan Pietro dan Quicksilver gak pernah disebut di film Age Of Ultron.
Quicksilver

Peter Maximoff diperankan oleh Evan Peters, pertama kali saya liat bermain di film Kick Ass sebagai Todd sahabat dari Dave si tokoh utama Kick Ass, ada yang menarik disini. Dave adalah tokoh yang diperankan oleh Aaron Taylor-Johnson, dan Aaron juga yang memerankan karakter Pietro Maximoff alias Quicksilver di The Avengers Age Of Ultron. Suatu hal yang unik sekali para pemeran Quicksilver ini berperan sebagai sahabat di film Superhero lain.
Quicksilver MCU dan Quicksilver FOX

Nakal, cuek, tapi humble pas banget dimainkan oleh Evan. Karakter ini mencuri perhatian di scene dapur pentagon waktu mau mengeluarkan Magneto dari penjara, adegan paling memorable banget di film Days Of Future Past, di mana peter bermain-main dengan kecepatannya menyelamatkan Xavier, Wolverine dan Magneto dari serangan para penjaga. Hal itu pun akan terjadi lagi di film Apocalypse dengan nuansa berbeda dan lebih keren menurut saya.

Evan karena kamu menyenangkan saya beri poin 8/10 sebagai Quicksilver.

KURT WAGNER (NIGHTCRAWLER)
Kodi Smit-Mcphee

Dari X-2 saya udah suka ama tokoh Nightcrawler, kekuatan pindah ruang di White House bener-bener memorable, setelah hilang di X-Men The Last Stand akhirnya dikeluarin lagi di X-Men yang sekarang, Lugu, berkesan bego malah hahahaha, tapi seneng liatnya, berwarna biru, jari tangan Cuma tiga (nanti bakalan jadi guyonan kocak difilm), ada ekornya lagi, mirip banget ama bapaknya si Azazel di X-Men first Class (di film emang gak dijelasin siapa bapak ibunya, tapi di komik bentuk tubuh dan tenaga mutantnya mirip dengan bapaknya si Azazel, dan warna nya mengikuti ibunya si Mystique).
Nightcrawler

Kurt Wagner diperankan oleh Kodi Smit-McPhee, saya Cuma nonton satu filmnya bareng Viggo Mortensen di film Road, good movie, tentang kehidupan manusia yang harus survive diakhir zaman, dan Kodi berperan sebagai anak Viggo disini. Aktingnya bagus di film itu, dan di X-Men Kodi juga sukses menjadi remaja 80 an gaya rambut alay, celana baggie dan jaket merah ala Michael Jackson.
Nightcrawler diselamatkan oleh Raven (Mystique) dan dibawa ke Xavier’s School (bukan spoiler karena ada di trailer),Hubungan antara Kurt dan Raven mungkin saja nantinya akan terbongkar, bahwa ada kisah lain antara Raven dan Azazel setelah kejadian film X-Men First Class, makanya Raven bela-belain menyelamatkan Kurt dari pertandingan antar Mutant melawan Arc Angel, apakah benar Kurt anaknya ? wait and see ajalah.

Kodi bermain cukup berhasil, saya suka dia masih membawa karakter Kurt Wagner yang diperanin oleh Allan Cumming di X2. Rajin berdoa setiap ditimpa masalah, kesan penakut tapi nekad dan tentunya lugu. Kodi mendapat 7.5/10 untuk perannya sebagai Nightcrawler.

SCOTT SUMMERS (CYCLOPS)
Tye Sheridan

Tye Sheridan, pemeran Scott Summers disini masih terasa kurang kuat, padahal sebenarnya sebagai satu anggota X-Men yang banyak dikenal, Sheridan seharusnya punya beban yang berat, sebenarnya Cyclops di film ini cukup mendapat perhatian khusus sampai diceritain segala awal dia mendapatkan kekuatan, dan dia adalah adik Alex Summers salah satu anggota X-Men dari angkatan First Class yang dikenal dengan nama Havox, tetapi entah kenapa sama saya lewat gitu saja.
Cyclops

Mungkin juga karena terlalu dicuri perhatian oleh Nightcrawler, Quicksilver dan Phoenix maka terasa gak terlalu berkesan sama saya, gak salah sih. Teman-temannya yang lain mempunyai jatah yang sama di film tetapi kesannya berbeda aja.

Tye Sheridan bukanlah aktor yang membintangi film-film box office,film terakhir yang saya tau dia bermain sebagai anggota pramuka yang harus menghadapi zombie di film Scouts Guide to the Zombie Apocalypse, selebihnya sempat main juga bareng Nicholas Cage di film Joe, dan secara fisik sekali lewat postur tubuh mirip dengan James Marsden pemeran Cyclops pertama, apa mungkin itu maka dia terpilih sebagai Scott, mungkin saja, semoga saja Cyclos di film berikutnya bisa lebih menonjol karena bagaimanapun dia adalah leader X-Men nantinya

6.5/10 untuk Tye Sheridan, not bad tapi juga gak terlalu membuat saya terkesan sama permainannya, apakah ini emang dia atau Sutradara yang gak bisa mengangkat kesan jiwa kepemimpinan Scott di film ini, saya juga kurang tau.

ORORO MUNROE (STORM)
Alexandra Shipp

Mau dibilang gimana juga Halle Berry cukup melekat kuat sebagai Storm di 4 film X-Men, mungkin ini juga menjadi beban yang cukup berat buat Alexandra Shipp menggantikan Berry, tapi secara overall gak terlalu mengecewakan. Walaupun dengan dandanan mohawk ala 80 an (karena emang setting film ini di tahun 1983) tetapi Alexandra terlihat menjalani kehidupan yang sulit sebagai manusia mutant yang belum pernah bertemu dengan  mutant lain, sehingga pertemuannya dengan Apocalypse yang merupakan mutant pertama yang terlihat langsung membuat dia pun bergabung dengan En Sabah Nur.
Storm

Storm memang adalah salah satu anggota X-Men paling senior di komik, walaupun posisi nya sebagai salah satu The Four Horsemen Apocalypse, tapi dia mendapatkan porsi yang cukup lumayan di film ini, dan menurut saya malah Alexandra membawakan Storm yang berbeda dibanding Halle Berry, dan saya menyukai twist ini, dimana Storm bukan dipihak X-Men, malah sebaliknya, sama dengan Angel yang juga di twist sebagai four horsemen.

Sedikit menyinggung Angel yang diperankan oleh Ben Hardy, sengaja gak terlalu saya bahas disini, Cuma ada beberapa scene penting tapi gak terlalu saya mau tulis mengingat ntar jadinya spoiler, tetapi yang pasti Angel dan Nightcrawler ada sedikit masalah aja di film ini. Dan Angel is not my fav character disini, hehehe.
Angel

Balik lagi ke Ororo Munroe yang sangat berharap dia bisa satu universe sama Marvel Cinematic Universe biar jadian ama Black Panther. Alexandra malah berhasil melepaskan diri dari Halle Berry, bukan malah mencoba menyamakan karakter, i like it, gak ada terbayang sama sekali ini adalah Storm yang sama, bahkan berbicarapun Alexandra menggunakan logat yang berbeda, sedikit African English berbeda dengan Storm Berry yang sangat Amerika.

7.5/10 untuk aktingnya dan keberaniannya melepaskan diri dari Halle Berry menurut saya.
ELIZABETH BRADDOCK (PSYLOCKE)
Olivia Munn
Singer kembali melakukan twist salah satu anggota X-Men yang menjadi Four Horsemen of Apocalypse, Psylocke yang di sini gak terlalu dibahas asal usulnya (pengennya sih ada disebut dikit tentang kembarannya yaitu Captain Britain). Sangat disayangkan juga bagaimana Psylocke tiba-tiba nongol aja, atau mungkin emang Singer sengaja membuat sosok ini lebih sedikit misterius untuk film X-Men berikutnya.
Olivia Munn, Pemeran Psylocke cukup mencuri perhatian saya, selain wajah asia nya, Munn juga sering terlibat di film-film yang cukup terkenal walaupun bukan sebagai pemeran utama, seperti film Magic Mike, Zoolander2, Mortdecai bahkan Ironman 2. Tetapi kok saya merasa kurang yah, kurang tercuri perhatian, harusnya lebih sering lagi dan lebih Badass lagi, walaupun tetep dia anggota Four horsemen yang paling keren, kostumnya detail mirip ama komik, rambutnya yang ungu (biarpun gak seungu di komik) dan tenaga mutant plus Samurainya.
Sebenarnya gak masalah sih, saya nya aja yang pengen lebih banyak Munn maen disini, porsinya sebenernya pas, tapi saya pengennya lebih gimana lagi (dasar ya kamu Abang Dhika), tapi latihan keras bela diri yang dilakukan Munn terbukti menghasilkan aksi keren waktu dia melawan salah satu anggota X-Men (yang udah liat trailer pasti tau siapa musuhnya kan ).
Psylocke
Sebagai Psylocke yang di film ini salah satu yang cukup mendekati komik secara fisik dan kostum (walaupun di komik terlalu kelewat seksi), Munn cukup keren lah, apalagi karakter dia biasa di film bukan cewek yang Badass, di sini hati-hati aja lah kalo berhadapan ama dia. 7/10 buat Olivia Munn, dulu sih biasa aja ama dia, tapi abis di film ini kayaknya kalo dia dapet porsi lebih di X-Men berikutnya bakalan suka juga nontonnya.

Overall saya puas dengan film ini, seru, menghibur, lucu, cinematography nya keren, efeknya bagus, walau ada beberapa bagian yang agak terlihat CGI tapi kebetulan aja terlihat sama saya, soalnya Istri saya malah gak ngeh bagian itu hahaha. Untuk film ini baik soundtracknya, jalan ceritanya, bagaimana mutant muda dipaksa mengeluarkan segala kemampuan mereka,  acting para pemainnya saya kasih total 8/10*, beberapa kritikus dan reviewer seperti kurang menyukai film ini tapi menurut saya malah sangat layak ditonton, apalagi bagi penggemar Superhero X Men, dan tentunya silahkan dicari dan ditunggu di mana Stan Lee berada, sedikit berbeda Cameonya kali ini, enjoy the movie, jangan lupa after Credit scene yang ada di akhir semua tulisan-tulisan nama yang bisa buat kita diusir sama petugas kebersihan bioskop, dan waspadai Mutant di sekitar kita.


Minggu, 01 Mei 2016

Review Album TREMONTI - DUST (2016)

TREMONTI – DUST 2016
 
Tremonti - Dust
Mark Tremonti , gitaris Creed dan Alter Bridge ini ternyata sudah ngeluarin album ke 3. Well cukup konsisten juga dia ngeluarin album, di sela-sela kesibukan tournya denga Alter Bridge, Tremonti masih tetap aktif menghasilkan karya untuk solo band nya ini.

Setelah album  All I Was 2012, dan Cauterize 2015, tiba-tiba udah nongol aja album Dust 2016. Saya sampe kaget waktu ada yang nge-tag saya di sosmed kalo Tremonti ngeluarin album lagi... cepet bener... hahaha
Mark Tremonti

Singkat saja tentang Tremonti, Band ini bentukan dari Mark Tremonti gitaris Creed dan Alter Bridge yang mungkin udah banyak banget ide-idenya yang gak tertuang di band dia sebelumnya, Mark mengajak Eric Friedman gitaris yang biasa menemani tour nya bersama Creed sebagai partner gitarnya di panggung dan di studio, sementara posisi drum di isi oleh Garrett Whitlock, sebelumnya posisi pemain Bass diisi oleh Brian Marshall (Bassis Creed dan Alter Bridge) tetapi akhirnya diganti oleh Wolfgang Van Halen (Anak sang gitaris Maestro Eddie Van Halen).
 
Eric Friedman, Mark Tremonti, Wolfgang Van Halen, Garrett Whitlock
Saya akan reviewnya per lagu, karena sayang kalau dibahas secara garis besar band dengan gitaris keren gini. Apalagi Mark adalah salah satu dewa gitar pujaan saya.

Track 1. My Last Mistake

Power Intro khas mainan gitar ala Tremonti, kurang pasti ini maen di tunning drop apa,  kayaknya sih di D. Yang gak pernah luput dari perhatian saya di setiap album sih Drummernya Tremonti si Garrett ini. Dapet dimana ya si Mark, double pedal gantung-gantungnya itu loh, kayaknya nih orang emang drummer metal sejati, lagu ini sepertinya bukan lagu tersulit di album ini,

Cuma siap-siap aja tangan pegel ama teknik downstroke nya. Solo gitarnya juga bukan yang tersulit (selama saya masih bisa maeninnya sih berarti gampang... hahaha). Untuk lagu pembukaan album ini nendang banget.

Track 2. The Cage

Ini intro lagu pake teknik cubit-cubit, hahaha gak mungkin sanggup kalo dipake downstroke pas ngerhythm part song nya gila, rapet banget, masih kerasa kayak beberapa lagu di album satu dan dua, disaat gak ada vokal mark ngisi gitar sedikit rumit, pas nyanyi mengandalkan teknik palm mute, nice work Mark, solo gitar nya mauuutttt.

Kayaknya Tremonti menggunakan tunning drop C disini, karena kerasa lebih berat dari lagu pertama.

Track 3. Once Dead

Old School Thrash Metal, ini nuansa yang saya denger pertama kali lagu ini intro nya jalan, tapi begitu masuk vokalnya Mark yang sama keren ama maenan gitarnya ini, baru kerasa kalo ini emang lagunya Tremonti. Disini kayaknya skill gitar dan vokal Mark tremonti harus bener-bener jago yah, itu rhythm gitar ama vokal beda jalan, tapi konsentrasinya itu loh... emang jagoan nih.

Part sebelum masuk solo gitarnya pake harmony berisik plus palm mute gitu buat tangan gatel mau maen gitar lagi. Not my favorite solo, tapi tetep aja keren sih. Dan kenapa gak abis-abisan ngehajar disini ya..? oooh saya tau ada Solo gitar ke dua nih, eh kayaknya sih yang pertama si Mark yang ambil dan si Eric  ambil yang Outro ya... belum searching info sih, tapi kayaknya gitu, anyway ini lagu endingnya keren.

Track 4. Dust
Clean gitar dengan khas petikan ala Creed dan Alterbridge, lagu ini cukup kental aroma album Creed terakhir Full Circle, or maybe this is one of unused song di Creed ? Bisa jadi. Tapi karena nada vokal dan karakter Mark emang beda ama Scott Stapp (Creed) ataupun Myles Kennedy (Alter Bridge)maka jadilah lagu ini nuansa nya jadi lain.
Ini bisa jadi salah satu lagu favorit saya juga nih, lebih ke pendapat pribadi sih, karena kangen Creed, yang saya suka di lagu ini bahkan sound Gitar, Bass dan Drumnya terasa sedikit Creed, entah disengaja atau enggak, tapi sama sekali tidak terasa soundnya belang dengan lagu-lagu yang lain. 
Keputusan cukup bagus menjadikan lagu ini sebagai judul album ketiga, Emosi Mark menyanyikan lagu ini, dan isian Solo gitarnya bener-bener klimaks. I Love It. God, I Miss Creed so much gara-gara dengerin lagu ini. Please reunite lagi donk hehehehe.

Track 5. Betray Me
Lagu lagu band Tremonti ini emang kuat di Intro, bukan ribet tapi powerfull, i love how tremonti put some guitar solo beetwen song and reffrain. Vokal Mark udah jadi banget nih, beda ama album pertama, powernya bagus banget. Dan salah satu musisi jenius itu ya bisa pun ciri khas kalo baru denger sekali aja kita langsung tau, ini Tremonti... hal yang berlaku untuk band Creed, Alter Bridge, Disturbed, Extreme, dan Metallica ( sebenernya Cuma mau kasih tau aja band-band idola saya itu siapa aja hahahaha).
Sedikit bahasan Solo gitarnya di lagu ini, Morley  pedal wah nya signature Mark ketauan banget, hahaha, i know that sound. Great solo guitar, i love it Mark, tapi shredding nya banyakin lagiiii, kurang hahahaha.
Drumnya juga asik abis, Wolfgang pasti kerja keras nih ngompakin ama si Garrett, tapi pada dasarnya emang  keduanya pada jago maennya,  pasti pas take di studio nyantai aja yah.


Track 6. Tore My Heart Out

Ada sesuatu yang agak baru nih di lagu ini,Intro nya sih saya yakin penggemar Tremonti ngerti banget maksud saya gimana, tapi ada nuansa suara gitar nada suara 1 dan 3, tapi bias, mirip gitarnya band Metalcore tapi gak persis sih,  entah dimaenin secara beda antara Mark dan Eric atau emang jari mereka yang canggih, gak kebayang masih, ntar deh coba diulik-ulik.

Lagu ini mid tempo, kalo gak mau dibilang slow,karena powernya gak normal nih lagu, mid tempo tapi dagudug dagudug drumnya, eh abis itu pas mau masuk refrain maen maen ama itungan ganjil.

Reffrain nya sih agak santai (menurut mereka kali, kalo sama saya tetep aja sulit), tetapi part per part lagunya lumayan banyak tapi gak buat pusing kayak band Progressive lah, lumayan berat  beberapa bagian temponya, tapi ke ujung nya malah double pedal, maksudnya apa ini... hahahaha
Solo gitarnya manja, karena sesuai judul lagu kali ya, tetep enak lah pastinya.

Track 7. Catching Fire

Kayak pidato nih awal lagunya, kayak ngajakin para pendengar buat demo ke pemerintah kayaknya. Itu sih nuansa nya aja, kalo isi liriknya sih enggak, ini lagu tentang peperangan kayaknya.

The whole world is catching fire again
The hardest thing is knowing that we could've just died instead
The preacher he is dying alone
The young man he is crying
He'll make this world his own
Make this world his own

Tapi terasa banget sama saya ada kemarahan di lagu ini, bukan kemarahan anarki, tetep pada garisnya, terasa sekali nuansanya, masuk ke arransemen musiknya , udah kebayang kayak suasana perang, drum ama gitar nya kayak ngikuti rentetan peluru dari senapan mesin, dan ada part  heroik di pertengahan antara menit ke 2.40 sampai ke 3.12, Suka ama bagian ini nih, denger sendiri aja deh, pasti tau maksud saya.

One of my favorite song nih di album Dust. Walaupun gak pake solo gitar disini, tapi Tremonti berhasil membangun nuansa yang gawat nih. BEST...!!!!

Track 8. Never Wrong

Dengerin deh sound drum album ini, dari dulu emang kelebihan dari band ini untuk karakter sound nya emang dipikirin banget, Basah gitu bunyi bass drum nya, love the sounds.

Mungkin ini lagu yang paling cepet penyelesian nya, gak banyak aneh-aneh, simpel, dan mengingatkan saya ama album Alter Bridge Black Bird, wajarlah kan gitarisnya siapa coba, tapi Mark tetep bisa menunjukkan kalo ini Tremonti bukan Alter Bridge atau Creed. Tapi terus terang ini jadi kayak part aransemen lagu di album-album awal Creed. Bukan aransemen musiknya, tapi lagunya. Untuk part solo juga gak terlalu dibuat susah tapi pas banget ama nuansa lagu yang dibangun.

Lagu ini full emosi, karena Mark menggunakan kemampuan vokalnya ke nada tertinggi dia (bukan teriak). Dan ditutup ending pake petikan berdistorsi, Manis gak tuh.

Track 9. Rising Storm

Digeber sama pukulan drum padat, dan tentu saja Whammi Bar dan teknik Harmoni Picking yang akhirnya dipake juga, atau saya terlewatkan dengerinnya  yah, hahaha.

Asyik nih, kayak lagu Over Come nya Creed, tapi beda, beda banget. Tapi sama kayak lagu Dust, mungkin ini sisa-sisa dari lagu Creed yang gak kepake karena karakter suara Scott Stap gak masuk nih kalo terlalu Low. Harus dibersin ama vokal Mark baru masuk. Karakter Vokal kamu makin oke yah bro, hehehe.

Petikan gitar dan soundnya di menit 1.45 lagi-lagi membawa memori lama, duh ini band maksudnya apa lah coba, saya kadang merasa kalo Matt mengaku selalu berusaha menggunakan teknik baru untuk album tremonti, tapi soulnya gak berubah sama sekali, part ini beda banget kok sama Creed, gak ada lagunya Creed kayak gini, tapi jari dan petikan Matt yang emang udah saya kenal dari masa-masa kuliah gak bisa membuat saya menerima dia melupakan Creed, hehehe lagi Mellow nih.

Track 10. Unable To See

Nah, kalo ini saya bilang Alter Bridge nya kentel banget, Intro nya dan nyanyian awal lagu ini ngingetin saya sama lagu Broken wing, tapi pas masuk part berikutnya udah berubah, tapi tetep kalo dimasukin ke albumnya Alter Bridge dan suara nya diganti ama Myles pasti yahud banget deh.

Ini lagu yang lumayan slow di album ini, tapi ternyata sebagai penutup album Dust, lagu ini pas banget, kita kayak dibawa ke suatu tempat yang luas (padang rumput mungkin) untuk terus ngeliat kebelakang dan memandang kembali memori-memori yang terekam di track 1-9 sebelumnya. Apakah agak berlebihan, kurang tau juga ya, tapi itu yang saya rasakan. Lagu ini kayak bener0bener dibuat untuk menutup chapter Album Dust. Kebayang kan ending song dari sebuah film, yang biasanya sangat melekat kuat di saat nama-nama pemeran, sutradara, produser dan lain lain, kita baru berdiri mau keluar gedung bioskop, nah itu yang saya rasain, terbayang seluruh rangkumisi film yang baru saya tonton, dan lagu ini seperti merekam semuanya.

Ya.. bener ini lagu yang keren banget, gak ribet, gak berisik, tapi nuansanya ampun. Bisa-bisa kalo saya membayangkan kalo saya maen gitar sambil nyanyi ama band ini bisa-bisa emosi, hahaha. Great Song, pas sebagai penutup. Pas banget..!!!!


Well.., segini aja dulu review singkat saya sebagai pendengar musik, sebenarnya saya udah termasuk gak terlalu banyak mendengar musik-musik terbaru, hanya yang benar-benar menggigit dan layak dibahas aja yang mau saya tulis (lagi-lagi menurut saya yaaah...!)

Jadi setelah saya dengar Album ini, saya akan kasih 9/10 bintang donk, seperti halnya album Tremonti dari album pertama sampai ketiga yang saya suka semua, gak ada yang lebih dan gak ada yang kurang, tapi bukan berarti stuck kayak gak ada kemajuan, justru penilaian saya gak pernah ada penurunan terhadap musik mereka. Tetapi kalau dibilang berarti gak ada peningkatan, salah besar. Saya lebih suka bilang Tremonti gak perlu lagi mencari peningkatan, isi nya udah jenius semua, Band ini akan konsisten dengan musik mereka, mereka ini band yang stabil, baik dalam bermusik dan lirik. Mereka gak mau terpengaruh tren musik sesaat tetapi melek dengan kondisi dunia saat ini. Patut didengar dan direkomendasikan kepada para penggemar musik keras, tetapi masih layak banget didenger sama yang awam kok.

Thanks yang udah baca review saya, semoga bisa jadi alasan untuk mencari album ini...


See you again guys...!!!

Kamis, 28 April 2016

Review Captain America 3 : CIVIL WAR

CAPTAIN AMERICA  : CIVIL WAR

Film yang paling saya tunggu setelah Batman v Superman, yang lagi-lagi merupakan pertarungan dua Superhero di jagat komik. Captain America vs Ironman.

Oke, kita mulai dari ide Russo bersaudara (sutradara Captain America) yang merasa tertantang persis setelah Snyder mengumumkan bahwa film berikutnya yang akan disutradarainya adalah Batman V Superman, well... ini yang penonton butuhkan, tantangan seperti ini yang membuat Russo bersaudara langsung membuat ide film Civil War. Jadi penonton bisa makan Popcorn atau Ice Cream nih, bisa mendapatkan kenikmatan berbeda, karena selama ini Marvel kebanyakan terlihat main sendiri di jagat perfilman Superhero.

Dan, hal ini benar-benar membuat kualitas yang jauh meningkat dibanding film The Avengers : Age Of Ultron yang menurut saya hanya seperti penerus dari The Avengers saja, tapi untuk Civil War, Marvel (disini bisa dibilang Russo bersaudara) berhasil membuat saya terpesona dengan aksi-aksi keren para Superhero. Walaupun ada sedikit kemiripan lagi dengan Batman V Superman, kenapa Capten America  dan Ironman berantem, (dan saya yakin bukan disengaja) tapi gak akan saya tulis disini karena takutnya Spoiler. Yang pasti nama ibu mereka berbeda.. Hehehee...
Anthony dan Joe Russo

Russo bersaudara (Anthony dan Joe) cukup cerdas dalam menyusun adegan per adegan di film ini, gak ada pemaksaan, gak ada sesuatu yang biasa dibilang Plot Hole, semua clear... jelas, tapi emang lebih enak lagi kalau sebelum menonton film ini kita sebaiknya mengulang lagi film Marvel yang laen, tapi yang pasti yang sangat berhubungan dengan film ini adalah Captain America : Winter Soldier (untuk siapa yang belum tau siapa Bucky dan siapa Agent 13), Ant-Man (hanya untuk pengenalan karakter, dan dialog ringan antara Lang dan Wilson),dan tentunya  Age Of Ultron (inti permasalahan di film ini).

Sangat jelas, dan bener-bener terarah, konflik yang dibuat juga naik dan turun, kirain udah aman ternyata ada lagi masalah, menarik untuk diikutin, begitu juga dengan aksi-aksi para Superhero ini disaat mereka terpaksa harus berantem, Antara Vision dan Scarlet Witch, Captain America dan Ironman, Black Widow dan Hawkeye, karena mereka punya ikatan yang sangat kuat disaat sebelum terjadinya Civil War.

Tetapi bukan membandingkan dengan Batman V Superman, film ini sangat ringan (biarpun lebih berat dibanding film Marvel yang lain), sangat fun, tetapi gak banyak membuat  surprise lagi karena udah ada di Trailer.

Mungkin ini terlalu pribadi alasannya, kemunculan Batman pertama kali, Wonder Woman pertama kali dan Trinity dalam satu scene itu membuat bulu kuduk saya berdiri... hehehee, nah kalo disini gak ada, bukan jelek, gak... ini film bagus banget, tapi emosi saya disaat nonton BvS dan Civil War berbeda. Karena emang mereka sangat berbeda, ibarat daging sapi, satu dimasak rendang, satunya dibuat Soto... enaknya sama tapi sensasinya berbeda.
Martin Freeman

Kemunculan si Bilbo Baggins, eh salah... Si Martin Freeman dengan aksen amerika nya juga sangat oke, walaupun saya masih belum bisa ngelepasin karakter Bilbo dari dia (nih orang gak bisa pisah apa sama Benedict Cumberbatch ya, pada pindah ke Marvel.. hahaha) , by the way he’s a good actor.
Daniel Bruhl

Dan tentu saja sang tokoh antagonis Zemo (diperankan oleh Daniel Bruhl)  yang lagi-lagi harus nonton Age Of Ultron biar bisa nyambung kenapa dia jadi begini dan dendam banget sama Capt dan Ironman. Tapi saya kurang tau apakah Zemo disini sama dengan Zemo versi komik, atau bakal ada cerita lain nantinya, silahkan ditonton deh.
Baron Zemo
Bruhl cukup lumayan disini, cukup ngeselin ngeliat apa yang diperbuatnya film ini. Mainnya lumayan bagus, mengingat dia juga bermain cukup oke di film Rush sebagai Niki Lauda dan pengurus Hotel yang gay di film Burnt.

Sayangnya aktor indonesia Ray Sahetapy  terpaksa gak ditampilin di film karena katanya sih akting Ray sangat kuat dibandingkan dengan si Main Villain di film ini, jadi sutradara takut Zemo malah ketilep ama Ray, tapi bener apa enggaknya saya juga kurang tau.

Apa yang paling saya tunggu dari film ini...? Kayaknya kalo Captain America, Ironman dan yang lain udah biasa yah... saya menunggu kemunculan dari  SPIDER-MAN dan BLACK PANTHER, bahkan si konyol ANT-MAN pun mencuri perhatian di film ini.

SPIDER-MAN

Welcome Home Spidey, setelah perdebatan ketat dan negosiasi alot antara Sony Pictures dan Marvel karena ingin mendapatkan Spidey, akhirnya Spider-Man kembali kerumahnya dan bertemu dengan semua anggota The Avengers. Thanks for that, now we can see our friendly neighbour bisa nampil di Civil War.
Tom Holland

Tom Holland sebagai Peter Parker, well.... Jangan pernah membandingkan Tobey Macguire atau Andrew Garfield disini, karena ini beda, walaupun kadang fanboy gak bisa berhenti berdebat untuk hal-hal kayak gini.  Tom gak se cute Tobey atau Andrew. Tapi begitulah awal komik Spidey yang dibuat Stan Lee, he’s not cute, he’s just a geek, gak menarik cewek-cewek sekolah, bahan bully an, tetapi Peter cerdas, dan penggambaran sosok remaja yang hanya bisa punya DVD player bekas, gak sanggup beli komputer sehingga merakit sendiri dari ngumpulin barang-barang bekas, plus kamar yang ukuran mungkin Cuma 2x3 inilah yang sedikit berbeda.

Yupp this is not The Amazing Spider-Man, yang peter terlihat gaul, anak skater, tapi Marvel back to basic, kembali ke komik awal, kalo dilihat emang mirip dengan karakter yang diperanin oleh Tobey, tapi ini lebih remaja (Tom masih belasan tahun usianya). Tetapi saya menyukai banget disaat dia jadi Spidey. Cerewet, banyak tanya, sok tau, sampai ngebahas film favorit nya disaat lagi berantem, Hahahaha... Spidey bener-bener mengocok perut saya, he’s soooo funny.

Tobey is Great.. Andrew is Good... but Tom has a different taste, i like him... walaupun cuma sebentar maen, sekitar 10-15 menitan lah (termasuk adegan perkenalan dia dengan Tony Stark dan the hottest Aunt May ever) tapi berkesan banget, dan saya yakin Spidey juga salah satu faktor terkuat orang jadi ingin menonton film ini selain pertempuran antara Team Cap dan Team Ironman tentunya. Khusus untuk kostum yang banyak juga dikritik ama orang-orang (yang saya yakin emang gak baca komik spidey dan gak bisa move on dari Tobey dan Andrew), saya saranin baca aja komik-komik lama Spidey atau browsing deh di mbah google, akurasi nya bagus banget tuh, beda ama yg Tobey dan Andrew, dan Spidey Suit never failed me.

Gak sabar nunggu film solo nya Spider-man Homecoming.

BLACK PANTHER

Mungkin ini akan menjadi nilai minus bagi penonton yang gak mengikuti komik, karena disini Russo gak menjelaskan detail kenapa T’Challa sang Raja dari Wakanda bisa mempunyai kekuatan super, hanya dijelaskan sedikit dari obrolan T’Challa tentang siapa itu Black Panther dan sudah lama melindungi rakyat di Wakanda ( jadi Black Panther adalah ksatria pelindung  Wakanda), dan menggunakan pakaian dari bahan Vibranium (lagi-lagi hal ini juga ada penjelasannya di film Age Of Ultron tentang tambang Vibranium yang ada di Wakanda).

Hal ini menjelaskan kenapa di trailer kuku Black Panther bisa membuat lecet Tameng Captain America. Dan Kostumnya keren abisssss... komik banget, Cuma kurang jubah aja (itupun biasa dipake kalo lagi di singgasana aja sih).

Sedikit sejarah singkat tentang Black Panther, T’Challa adalah seorang Raja di negara antah berantah di Afrika yang bernama Wakanda.  Wakanda adalah negara kaya yang mempunyai hasil bumi terlangka yang bernama Vibranium (Bahan baja terkuat didunia yang juga dipakai sebagai bahan khusus untuk membuat tameng Captain America).  T’Challa adalah tokoh komik terkaya di dunia, diatas Tony Stark, Bruce Wayne dan Lex Luthor ( The Big 4 Richest  people in comic history), itulah kenapa dia sangat bijaksana dalam mengambil keputusan dan mempunyai teknologi yang hebat.

Black Panther adalah ksatria turun temurun dari keluarga kerajaan. Dahulu kala ada meteor berukuran raksasa yang mengandung mineral langka (Vibranium) jatuh di Wakanda, dan dimanfaatkan oleh raja untuk membangun negaranya. Dan dibawah pemerintahan T’Chaka (ayah T’Challa sang Black Panther di Civil War) teknologi dan kekayaan Wakanda sangat jauh diatas negara-negara lain didunia.

Untuk kekuatan,  Black Panther harus memakan rempah  berbentuk hati khas Wakanda yang mampu meningkatkan kekuatan, kecepatan, reflek, dan kecerdasan, dan hanya keturunan kerajaan lah yang bisa memakan nya, karena apabila rakyat biasa maka rempah tersebut akan menjadi racun di tubuh yang memakannya. Inilah sedikit sejarah singkat Black Panther.
Chadwick Boseman

T’Challa disini diperankan oleh Chadwick Boseman, gak banyak yang saya ketahui tentang Boseman, selain dia pernah main di film God Of Egypt bersama Gerrard Buttler dan Draft Day nya Kevin Costner. Mungkin akan lebih jelas lagi kalau film solo Black Panther akan dirilis 2018 nanti. Tetapi di sini Black Panther cukup mencuri perhatian walaupun gak bisa ngalahin si Spidey, sosok Superhero yang sangat disegani bahkan oleh Captain America sekalipun memanggil “Yang Mulia” kepadanya.

I love his character, can not wait for his solo movie. Sayangnya Storm sang istri T’Challa gak akan bisa masuk ke Universenya Marvel karena beda rumah produksi (X-Men dipegang penuh oleh FOX), kecuali bisa kerjasama kayak Marvel dan Sony sehingga Spidey bisa masuk ke MCU.

ANT-MAN

Scott Lang, merupakan Ant-Man ke dua setelah Hank Pym pensiun dan memberikan kostum Ant-Man kepada Scott. Kenapa saya memasukkan Ant-Man disini, karena ada sesuatu yang baru di Ant-Man, kekuatan Super nya yang satu lagi muncul di film ini, gak perlu saya bilang apa, hehehe ntar dibilangin Spoiler, tapi gara-gara kekuatan ini Ant-Man mencuri perhatian, dan tentu saja kelakuan konyol Scott Lang yang lagi-lagi merupakan casting yang sempurna oleh Marvel dimainkan dengan sangat baik oleh Paul Rudd.

Berapa kali saya ketawa melihat kelakuan Scott, respon pertama nya ketemu Captain America, dimana seorang kriminal, ex narapidana diajak oleh seorang Steve Rogers untuk join ke TeamCap. Mimpi di siang bolong, selama ini yang hanya didengar, baca koran, melihat di televisi aksi para Superhero melindungi dunia, eh sekarang malah diajak gabung (Bukan Spoiler karena udah ada di trailer).

Beberapa dialog kocak antara Scott dan Sam Wilson (Falcon), yang kalau udah nonton Ant-Man pasti tau kalau Falcon kena kerjain sama Ant-Man... hehehe. Fun, khas dari film-film Marvel, tetapi tetap gak berlebihan, walaupun menurut saya gak sebanyak film Marvel yang lainnya, tetapi emang faktor serius paling terasa di setiap film Captain America dibandingkan film Marvel lainnya.

Terlepas dari itu semua, Ant-Man emang gak terlalu berpengaruh sama jalan cerita film ini, tetapi, momennya sangat pas, apalagi melihat kenakalan dan keusilan Scott, mengalihkan perhatian sehingga memuluskan jalan Captain America menyelesaikan misinya (eh berarti berpengaruh dong ya.. ahhh... nonton ajalah, pasti ngerti maksud saya hahaha). Untuk kostum, well... Saya lebih suka ama kostum pertama di Ant-Man, tetapi tetep bagus kok, mengingat ada sesuatu yang baru makanya Hank Pym harus memodifikasi kostum Ant-Man ini sehingga bisa dipake buat kekuatan baru nya yah...

Yang hobi koleksi Action Figure, apalagi Funko Pop sebenernya udah bocor spoilernya tapi disini saya simpen ajalah, biar asik nontonnya.

Overall saya beri 9/10 bintang untuk film ini, sama persis dengan yang saya beri ke film Batman V Superman, bodo amatlah ama kritikus yang beda pendapat ama saya, wong saya bayar dan nonton film ini berdasarkan apa yang saya suka, dan apapun pendapat orang yang berbeda mungkin semua masalah sudut pandang dan selera, ada yang bilang nih film lebih keren dari BvS, tapi kalo saya enggak ada yang lebih keren, dua duanya layak banget ditonton, dengan kadar fun yang berbeda.

Akankah hasil pendapatan Civil War bisa menembus 1 Milyar Dollar...? tentu saja, why not.. ! Tapi kalau dibanding-bandingin dengan BvS yang udah sampe 850 juta ( dan kayaknya udah susah untuk sampai ke 1 milliar) masih gak fair.

Harus diingat, DCEU itu baru Phase 1, sementara MCU sekarang udah masuk phase 3, kalo emang niat bandingin nya antara DCEU phase 1 dan MCU Phase 1, dua film DCEU phase 1 yaitu Man Of Steel dan Batman V Superman udah melewati hasil dari 5 film MCU phase 1, soo.... Marvel juga awal-awal emang agak susah kan, tapi perlahan tapi pasti mereka makin kuat apalagi setelah ending phase 1 yaitu film The Avengers.

Saya sering banget ngeliat Haters DC atau Haters Marvel kehilangan akal sehatnya Cuma untuk membela tanpa keuntungan bagi mereka kalau DC atau Marvel lebih baik, sekali lagi saya sebagai penggemar film-film fantasy, khususnya Superhero hanya bisa menyarankan” Why not both..!!” , toh yang kehibur kita, yang seneng kita, kalo membatasi diri jadinya kayak katak dalam tempurung dong, pikiran gak maju, itu itu aja yang dibahas, gak bosen apa... hehehe.

Enjoy the Movie, gak harus tahu komik (kecuali ada pertanyaan kok kostumnya gini atau kok peter gitu dll),  yang penting nonton semua film-film Marvel Cinematic Universe, pasti ngerti. Lah kalo belum nonton gimana, yah paling bingung, ini siapa, itu gimana, kok bisa si anu jadi ngobrol gini sama si itu, hehehe.


 That’s the difference beetwen Marvel and DC, but in the good way lah...



*Gambar dari Google

Minggu, 17 April 2016

REVIEW DAREDEVIL SEASON 2

Daredevil Season 2



Ini adalah salah satu TV series yang paling saya tunggu di tahun 2016 ini, kenapa...? karena ini film keren banget, hahaha... simpel banget yah.

Dan awaaaasss... Saya ingetin bahwa tulisan ini mengandung SPOILER bagi yang belum nonton.

Mungkin gak banyak yang mengikuti serial ini pada awalnya karena di season 1 Daredevil hanya bisa dinikmati oleh pelanggan Netflix, sementara Netflix sendiri baru saja hadir di Indonesia, jadi beberapa waktu yang lalu yang mau nonton disini pasti kalo gak dari ngedownload atau beli DVD bajakannya. Mau bilang apa lagi, hal ini udah dianggap lumrah aja disini... walaupun sama sekali gak membanggakan.

Anyway, kembali ke topik awal. Daredevil alias Matthew Murdock adalah karakter komik dari Marvel yang lagi-lagi diciptakan oleh sang maestro komik Stan Lee. Beliau ingin menciptakan sesosok tokoh Superhero yang buta, tetapi justru  akibat kebutaannya itu justru indera yang lainnya yang ada pada Matt Murdock  malah berlipat ganda melebihi sensitifitas manusia normal. Sehari –hari Matt dan sahabatnya Foggy adalah pengacara yang membela masyarakat gak mampu di Hell’s Kitchen salah satu distrik di kota New York. Matt Murdock adalah pengacara di siang hari dan Daredevil di malam hari, jadi dia adalah Vigilante yang main hakim sendiri terhadap semua ketidak adilan di Hell’s Kitchen. Sekilas emang mirip Batman, tapi Daredevil murni hanya mengandalkan sisa indera nya dan keahlian bela diri nya untuk memberantas kejahatan tanpa bantuan gadget canggih.

Bagi yang belum pernah nonton Daredevil Season 1 sebaiknya saran saya tonton aja dulu, karena film ini keren banget, dan setiap episode saling terkait satu sama lain, dan sebelumnya juga harus tau kalo serial ini mendapat rating dewasa, karena emang serial ini cukup brutal plus sadis.

Berbeda dengan season 1, yang sudah jelas bahwa matt mempunyai musuh bernama Wilson Fisk alias Kingpin, di season 2 ini kita dibawa untuk menebak-nebak siapa musuh Daredevil, dimulai dari munculnya sosok pembantai yang dipanggil The Punisher, dan sosok wanita yang berskill bela diri tinggi ala Ninja yang bernama Elektra,  dan perkumpulan Ninja yang menamakan diri mereka The Hands. Tetapi yang pasti biar saya juga tidak melakukan terlalu banyak spoiler disini maka jalan cerita serial ini gak akan dibahas secara detail, mungkin hanya beberapa adegan yang sangat berkesan aja yah.

Baik di Season 1 dan Season 2 mengingatkan saya dengan trilogy Batman nya Nolan, if you like them you're gonna love this one. Gelapnya, penggamaran Hell’s Kitchennya, dan bagaimana Daredevil menyelesaikan permasalahan di daerah nya, walaupun bukan meniru, atau menjiplak, tetapi nuansa itu terasa, sama hal nya dengan season 1, dimana Matt Murdock malah tanpa menggunakan Armor (dan ini memang based on comic) membuat  saya teringat Christian Bale yang belum menggunakan Batsuit mendatangi Gordon, mirip iya, mencontoh... oh tentu tidak. Dan saya menyukainya....

Ada tiga tokoh sentral di film serial ini, yaitu Daredevil, The Punisher dan Elektra. Selain tentu saja ada Foggy Nelson dan Karen Page yang berperan sangat penting di serial ini. 

Daredevil


Alias Matthew Murdock yang diperankan oleh Charlie Cox ini bener-bener keren, dari season 1 saya udah seneng banget karakter yang dibawain nya, Charlie bener-bener full, kita gak akan pernah menyangka kalau Charlie waktu casting untuk film ini sama sekali gak mengetahui kalau karakter yang mau dibawainnya itu buta, dia baru tau sehari sebelum casting, tapi malah dia yang kepilih, keren banget.. Di sini, Daredevil mulai mendapatkan konflik batin antara tetap membela kebenaran atau kembali konsentrasi dengan firma pengacara yang dijalani nya bersama Foggy. Ditambah lagi kisah cinta nya dengan Karen dan di saat bersamaan tiba-tiba hadir sosok Elektra yang merupakan cinta sejati nya disaat kuliah, sangat mengganggu Matt. Akting Charlie terlihat cukup meningkat dibandingkan season 1, apalagi adegan di saat dia tiba-tiba tuli dikarenakan tertembak oleh The Punisher, bagaimana sosok Superhero yang sangat mengandalkan indera pendengarannya tetapi tiba-tiba menjadi tuli, i like this part, i love his acting. Ekspresi wajah ketakutan, stress, panik, marah bercampur aduk di sini, gak salah pilih cast emang.

Salah satu adegan yang sangat memorable di Season ini adalah di episode 3, yaitu adegan one take shot antara Daredevil melawan puluhan  Gank Bikers di tangga darurat yang dilakukan dari lantai 5 sampai lantai dasar tanpa cut sama sekali. Gila... itu adegan keren abisssss, bagaimana kita bisa melihat para stunt man dihajar Daredevil sampai jatuh bangun sepanjang adegan yang kurang lebih sekitar 6-7 menitan tanpa cut tersebut.
Apa alasan lain yang membuat saya sangat menyukai serial ini, karena Daredevil sangat manusiawi, dia akan luka, berdarah-darah,  bahkan patah tulang dan lebam selayaknya manusia biasa, dia juga bisa kalah. Sangat real, berbeda dengan Captain America, Superman, Thor, dan hampir seluruh jagoan lainnya yang tetep aman kalo abis berantem, dan tentu saja adegan-adegan Daredevil tadi gak pantes buat ditonton anak-anak dibawah umur.

The Punisher
Naaaah... ini, Vigilante ex marinir yang gak mengenal ampun. Hal ini yang membuat perselisihan antara  Frank Castle a.k.a The Punisher yang tega membunuh semua penjahat dan Daredevil yang tidak mau membunuh dan selalu memberi kesempatan kedua buat para penjahat di Hell’s Kitchen.

Jon Bernthal born to be The Punisher kalo menurut saya. Karakter kasar, tegas, no mercy, brutal dan sadis tapi sangat kesepian karena keluarganya dibantai habis oleh gerombolan gank di depan mata nya langsung  sangat pas dibawakannya. Jon benar-benar beda banget dibandingkan dengan 3 aktor sebelumnya yang memerankan The Punisher di film layar lebarnya. Jon sengaja meninggalkan keluarganya berbulan-bulan selama shooting Daredevil ini tanpa menelpon, E mail ataupun bertemu dengan keluarganya supaya bisa mendapatkan rasa kesepian yang mendalam seperti yang dialami Frank Castle tokoh yang diperani nya. Cool... !!! kita akan melupakan karakter Shane yang pernah dimainkan oleh Jon di The Walking Dead, tetapi entah kenapa logat dan suara Jon disini malah mengingatkan saya dengan karakter Rick Grimes di serial The Walking Dead. Tapi diluar itu dia adalah aktor yang keren, jadi teringat  waktu dia maen di film Fury bersama Brad Pitt, di situ dia ngeselin banget tapi setia kawan dan rela berkorban apapun demi kepentingan tim.

Jon mencuri perhatian di serial ini, karakternya sangat kuat dan sangat berpengaruh dengan jalan cerita di season 2 ini, dimana dia harus membantai habis semua anggota gank yang menghancurkan kehidupannya tetapi salah satu korban yang selamat dari pembantaiannya menjadi klien dari Matt Murdock dan Foggy Nelson.

Adegan yang juga sangat-sangat memorable disaat Frank disuruh membunuh leader di penjara tempat dia ditahan oleh Wilson Fisk supaya dia bisa keluar dari penjara untuk kembali menuntut balas, di situ Frank terjebak harus  melawan semua Napi disana seorang diri, adegan yang gak layak ditonton anak-anak karena terlalu brutal. Tetapi sekali lagi terlihat sangat real, seperti kejadian sungguhan dan sangat keren..!!!

Nelson and Murdock Avocado At Law juga menjadi pengacara Frank Castle disaat dia ditangkap oleh Daredevil dan diserahkan ke Polisi. Hmmmm.... hubungan yang sangat aneh... hehehe. Harus diakui berbeda dengan layar lebar Marvel, justru serial Marvel di Netflix seperti Daredevil ataupun Jessica Jones ceritanya dibuat berat, sedikit rumit dan banyak sekali konflik, and i love it soooo much.

Elektra
Elodie Yung sang pemeran Elektra Natchios pertama sekali ketika diumumkan sebagai Elektra oleh Marvel saya masih merasa ragu, di karenakan dia terlalu kurus, sementara Elektra (yang dulu pernah diperankan oleh Jennifer Garner di film Daredevil bersama Ben Afleck) yang saya tau adalah seorang yang sangat keras, sangat enerjik, dan penggambaran di komik yang seksi, tetapi wajah Elodie yung sangat unik, ada aura Asia nya, dan juga jago bela diri membuat saya harus nonton dulu baru bisa memutuskan apakah layak atau enggak (menurut saya yah ).

Di awal-awal film ini saya merasa terganggu dengan kehadiran Elektra, ditambah lagi bersamaan dengan kisah cinta antara Matt dan Karen sang sekretaris Nelson & Murdock yang sangat saya nantikan dari season 1 terganggu oleh nih cewek. Dan bener, mereka putus gara-gara nih cewek, tapi bukan karena kisah cinta yang membuat putus, tetapi campur tangan Elektra dalam kehidupan Matt yang malah membuat Matt terpaksa harus meninggalkan Karen.  Agak sebel juga, tetapi saya mengikuti episode berikutnya baru bisa dimengerti kenapa Elektra jadi kayak gini, kenapa harus Matt ? apa hubungan antara Elektra, Matt dan Stick sang Guru yang melatih Matt sejak kecil. Dimana di awal-awal saya gak suka dan sedikit kesel dengan Elektra tetapi di pertengahan season sampai di ujung ending season 2 malah menyukai karakter ini, well Elodie Yung itu tandanya akting kamu bagus, hahahaa... dari sebel jadi suka, ditambah lagi kejutan yang dibuat Marvel untuk karakter ini di ujung season membuat saya gak sabar menanti dirimu di season berikutnya.

Foggy dan Karen
Dua karakter favorit saya sepanjang season 1 dan 2, persahabatan antara Matt, Foggy dan Karen. Kisah cinta segitiga yang akhirnya terselesaikan dengan sangat baik. Pengorbanan masing-masing karakter terhadap karakter yang lain, wow... Marvel sangat jenius, yang nulis skrip cerdas. Untuk Karen (diperankan oleh si cantik Deborah Ann Woll), makin kesini makin keren karakter nya, dari wanita lemah yang hampir terbunuh di dalam penjara karena salah tuduhan dan di selamatkan oleh Matt dan Foggy sebagai pengacara nya tanpa harus membayar sepeserpun, akhirnya dipekerjakan untuk membantu Nelson & Murdock, dan malah mempunyai insting detektif yang banyak membantu menyelesaikan masalah bagi Foggy dan Matt. Ditambah lagi keyakinan nya dengan keputusan dan insting nya yang mengatakan bahwa Frank Castle itu bukan seperti yang orang lain kira. Deborah Ann Woll saya udah tau karakter kamu gak cuma sekali lewat di serial ini, tapi pasti sangat-sangat penting di serial ini
.
Untuk Foggy, what a funny man. Dulu saya kira Foggy nih pasti bakalan di bawah bayang-bayang Matt disaat membela klien mereka di ruang sidang. Ternyata saya salah, malah hebat banget kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya seolah-olah dia emang seorang pengacara hebat ( yang sebenarnya emang sangat hebat mengingat Nelson & Murdock hanyalah kantor pengacara kecil tapi bisa membuat King Pin sang mafia hell’s kitchen masuk penjara). Hal ini terjadi akibat Foggy terpaksa harus membela Frank Castle sendirian ditemani Karen karena Matt disibukkan oleh kerjaan yang dilakukan oleh Elektra (emang ganggu banget si Elektra ini ). Tetapi karakter Foggy yang sebenarnya keluar disini, He’s soooo smart. Mungkin Matt juga udah tau tentang kualitas Foggy dari awal, makanya nama firma mereka adalah Nelson & Murdock bukan sebaliknya. Dari awal season 1 sampai akhir season2 Foggy Nelson benar-benar menunjukkan seorang sahabat yang sangat menyayangi dan care banget sama Matt murdock, di tambah lagi dia mengetahui kalau Matt adalah Daredevil yang membuatnya kalang kabut dan panik melihat Matt babak belur setiap pulang ke Apartemen nya. Foggy harus merahasiakan hal ini dari Karen atas permintaan Matt, dan dia harus menyiapkan ribuan alasan apabila Karen menanyakan kejadian yang menimpa Matt. What a friend you are Foggy...!!! Sampai akhirnya konflik antara Foggy dan Matt yang harus membuat firma bantuan hukum mereka bubar, karena Matt tetap berkeras membersihkan kejahatan di Hell’s Kitchen dengan cara nya, sementara Foggy menerima kerjaan dari firma yang lebih besar milik Jeri Hogarth ( yang menonton Jessica Jones pasti tau, dan ini menghubungkan antara Daredevil dan Jessica Jones yang akan tergabung di The Defenders nanti nya). Sementara Karen beralih menjadi wartawan karena insting menyelidiki sebuah kasus sangat baik.

Akhirnya, setelah mengikuti satu season penuh adegan yang sangat saya tunggu-tunggu adalah bagaimana Matt Murdock membuka rahasianya bahwa dia adalah Daredevil kepada seseorang yang sangat nantikan dari season 1, hahaha... Adegan penutup yang sangat memuaskan. Walaupun bisa membuat season 3 menjadi lebih rumit permasalahannya akibat kejadian-kejadian di episode terakhir,  tetapi film serial ini sangat layak ditonton dan ditunggu selalu. Makanya alangkah happy nya hidup di era Superhero sedang memasuki masa keemasan di televisi dan layar lebar, ini juga sekalian buat bilangin yang suka DC tapi anti Marvel dan sebaliknya menyukai Marvel tapi anti DC itu hanyalah orang-orang yang seperti katak dalam tempurung, membatasi pola pikirnya hanya untuk dibilang Cool....  kenapa gak kedua nya... kenapa gak menyukai DC dan gak Anti Marvel atau sebaliknya. Film-film ini dibuat untuk menghibur, bukan untuk perdebatan, beda dengan mendiskusikan dan bertukar pikiran. Makanya kerasa kan kalo saya jiwa muda banget biarpun udah masuk kepala 4, karena enjoy aja kayak Stan Lee...


Dan for your info, Saya penggemar berat DC loh... dan saya sangat mengagumi hasil karya Marvel satu ini... 

I hope you enjoy reading my blog...